“Healthy eating habits are learned in childhood, and parents teach best by example.”-Sizer&Whitney
Dalam menghadapi problematika gizi anak sekolah, diperlukan banyak upaya strategis dari berbagai pihak, antara lain siswa, orang tua dan guru. Untuk memberikan aksi terbaik diperlukan pengetahuan yang cukup dan dilanjutkan dengan aksi nyata. Pada artikel ini akan dipaparkan langkah praktik yang dapat dicoba.
Belum lama ini para siswa di Indonesia memasuki tahun ajaran baru sekolah. Bagi orang tua yang mempedulikan kesehatan anaknya perlu memutar otak kembali agar dapat memastikan kondisi anak selalu sehat. Salah satu hal penting yang menunjang kesehatan anak adalah asupan gizi anak. Kegiatan anak yang lebih banyak, lingkungan baru, kebiasaan baru, pergaulan dengan teman, tambahan wawasan, durasi interaksi dengan orang tua yang lebih terbatas dan beberapa faktor lain memegang peranan dalam membentuk kebiasaan makan anak.
Tata Laksana PMT Berbahan Pangan Lokal untuk Ibu Hamil KEK
Ibu hamil merupakan kelompok yang sangat rentan mengalami permasalahan kekurangan gizi yaitu kekurangan energi kronis (KEK). Masalah ini harus segera diselesaikan karena jika dibiarkan akan memberikan dampak jangka pendek maupun jangka panjang bagi bayi yang dikandungnya. Pemerintah telah melaksanakan banyak upaya dalam menaggulangi permasalahan KEK ibu hamil. Pada tahun 2023 ini pemerintah semakin menggalakkan dalam pemanfaatan bahan makanan lokal.
PMT Berbahan Pangan Lokal untuk Balita dan Ibu Hamil
Tahun 2023 ini pemerintah sedang menggalakkan program pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal bagi balita gizi kurang dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK). Pangan lokal merupakan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal dan menjadi alternatif sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Di tengah naiknya angka kelebihan gizi, permasalahan kekurangan gizi pada anak di Indonesia masih banyak, diantaranya stunting, wasting dan underweight. Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021 menunjukkan bahwa stunting mengalami penurunan, namun wasting dan underweight justru mengalami peningkatan.
Pesan Kunci WHO untuk Dukung Ibu Sukses Menyusui dan Bekerja
Bekerja dan menyusui bukanlah suatu pilihan. Keduanya bisa dilakukan dan memang seharusnya sangat diperjuangkan.Pekan ASI sedunia yang didukung oleh WHO, UNICEF, Kementrian Kesehatan RI, serta masyarakat sipil. Tema tahun ini yang mendungkung ibu bekerja untuk tetap menyusui merupakan peluang strategis untuk mengadvokasikan hak-hak pekerja yang penting untuk keberhasilan menyusui. Beberapa hak tersebut antara lain cuti melahirkan yang ideal untuk mendukung masa ASI eksklusif serta kebijakan pendukung ibu menyusui di tempat kerja.
Agustus memiliki makna besar di bidang kesehatan. Pada tanggal 1-7 Agustus dunia memperingati pekan ASI. Adanya pekan ini menunjukkan dukungan yang besar akan pentingnya ASI bagi bayi dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Setiap tahun, tema pekan ASI yang diangkat berbeda. Untuk tahun 2023 ini, tema internasional yang diangkat adalah “Enabling Breastfeeding: Making a Difference for Working Parents.” Di Indonesia sendiri Kementrian Kesehatan RI mengangkat tema berkaitan, yaitu “Dukung Ibu Bekerja untuk Terus Menyusui”. Dengan diadakannya pekan ASI ini, kita akan semakin menyadari betapa pemberian ASI pada bayi masih penuh dengan tantangan. Banyak sekali faktor yang mengakibatkan anak tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Namun, salah satu faktor penyebabnya yang menyita perhatian adalah karena kondisi ibu yang bekerja.
Faktor Resiko Prenatal dan Perinatal terhadap Obesitas Anak Balita
Riset terkait obesitas pada anak semakin berkembang. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa serangkaian kodisi prenatal dan perinatal berhubungan dengan resiko kelebihan berat badan. Pencegahan dan penanggulangan obesitas pada usia anak-anak harus benar-benar diupayakan. Hal ini dikarenakan kelebihan berat badan dan obesitas pada anak yang dibiarkan dapat berlanjut hingga dewasa. Faktor resiko prenatal dan perinatal harus semakin diperhatikan agar penanggulangan kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia menyentuh semua lini.
Kondisi obesitas di Indonesia kian hari kian memprihatinkan. Kondisi ini diperparah dengan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan yang terus memicu kenaikan angka obesitas atau semakin obesogenik. Hal ini berarti lingkungan di Indonesia membuat makanan dan minuman yang mengandung tinggi garam, gula dan lemak (GGL) mudah tersedia dan terjangkau. Sementara kesempatan untuk mengakses alternatif yang lebih sehat dan gaya hidup lebih aktif semakin terbatas. UNICEF melakukan studi untuk menganalisis faktor resiko lingkungan obesogenik, diantaranya:
“Sering ditemui permasalahan, anak dengan berat badan yang naik tidak sesuai dengan target karena anak sering sakit. Sakit mengakibatkan anak sulit mencapai target berat badan. Di sisi lain, berat badan yang kurang juga mengakibatkan anak sering sakit. Kedua hal tersebut bagaikan lingkaran setan, sehingga perlu diputus.”
Proses anak yang normal menjadi stunting atau tubuh pendek tidak serta merta berjalan dalam waktu singkat. Terdapat proses yang sebenarnya panjang namun sering terabaikan. Kejadian stunting berawal dari kenaikan berat yang tidak sesuai dengan target yang direkomendasikan atau istilah populernya dikenal dengan ‘weight faltering’. Apabila dilihat dari grafik, maka akan tampak garis pertumbuhan berat badan berdasar usia yang melandai.
Adanya kebijakan penerapan cukai minuman diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dengan penerapan cukai SSBs yang berhasil, beberapa manfaat yang diharapkan antara lain penurunan konsumen terhadap konsumsi SSBs, penurunan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas, penurunan permasalahan kesehatan (diabetes, jantung, stroke, kematian dini), serta peningkatan pendapatan pemerintah. Namun, sebelum mencapai keberhasilan tersebut, perlu beberapa strategi khusus yang harus dijalankan, diantaranya:
Potret Negara Berhasil dalam Menerapkan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di seluruh dunia memacu berbagai negara untuk berusaha mengendalikan jumlah penambahan kasus baru. Kebanyakan kejadian PTM diawali oleh pola makan tidak sehat. Makanan dan minuman yang populer saat ini hampir semuanya mengandung tinggi kalori dari lemak dan gula. Tingginya gula dari minuman menjadikan perhatian yang lebih di bidang kesehatan. Minuman manis dianggap lebih membahayakan karena dengan mengkonsumsi minuman manis tidak ada efek mengenyangkan. Sehingga, konsumsinya akan lebih susah dikendalikan. Padahal kadar gula yang didalamnya tinggi. Belum lagi efek ketergantungan yang mengakibatkannya dikonsumsi secara terus-menerus.
Pertimbangan Penting dalam Penegakan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Dalam menegakkan pembebanan cukai minuman berpemanis atau sugar-sweetened beverages (SSBs), pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa hal agar efektif dan sesuai. Harapannya ketepatan penegakan akan menjamin manfaat kesehatan dan ekonomi yang maksimal. Beberapa pertimbangan penting dalam merancang cukai SSBs antara lain:
Rencana pembebanan cukai minuman berpemanis di Indonesia terus digulirkan. Kian hari, variasi minuman manis dalam kemasan semakin bertambah, dan pada saat yang sama distribusi minuman berpemanis tersebut semakin meluas. Kenaikan kasus diabetes pada anak diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan untuk segera menetapkan langkah strategis untuk mengendalikan faktor risiko, salah satunya asupan gula yang di luar batas.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Di tengah naiknya angka kelebihan gizi, permasalahan kekurangan gizi pada anak di Indonesia masih banyak, diantaranya stunting, wasting dan underweight. Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021 menunjukkan bahwa stunting mengalami penurunan, namun wasting dan underweight justru mengalami peningkatan.
Pesan Kunci WHO untuk Dukung Ibu Sukses Menyusui dan Bekerja
Bekerja dan menyusui bukanlah suatu pilihan. Keduanya bisa dilakukan dan memang seharusnya sangat diperjuangkan.Pekan ASI sedunia yang didukung oleh WHO, UNICEF, Kementrian Kesehatan RI, serta masyarakat sipil. Tema tahun ini yang mendungkung ibu bekerja untuk tetap menyusui merupakan peluang strategis untuk mengadvokasikan hak-hak pekerja yang penting untuk keberhasilan menyusui. Beberapa hak tersebut antara lain cuti melahirkan yang ideal untuk mendukung masa ASI eksklusif serta kebijakan pendukung ibu menyusui di tempat kerja.
Agustus memiliki makna besar di bidang kesehatan. Pada tanggal 1-7 Agustus dunia memperingati pekan ASI. Adanya pekan ini menunjukkan dukungan yang besar akan pentingnya ASI bagi bayi dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Setiap tahun, tema pekan ASI yang diangkat berbeda. Untuk tahun 2023 ini, tema internasional yang diangkat adalah “Enabling Breastfeeding: Making a Difference for Working Parents.” Di Indonesia sendiri Kementrian Kesehatan RI mengangkat tema berkaitan, yaitu “Dukung Ibu Bekerja untuk Terus Menyusui”. Dengan diadakannya pekan ASI ini, kita akan semakin menyadari betapa pemberian ASI pada bayi masih penuh dengan tantangan. Banyak sekali faktor yang mengakibatkan anak tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Namun, salah satu faktor penyebabnya yang menyita perhatian adalah karena kondisi ibu yang bekerja.
Faktor Resiko Prenatal dan Perinatal terhadap Obesitas Anak Balita
Riset terkait obesitas pada anak semakin berkembang. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa serangkaian kodisi prenatal dan perinatal berhubungan dengan resiko kelebihan berat badan. Pencegahan dan penanggulangan obesitas pada usia anak-anak harus benar-benar diupayakan. Hal ini dikarenakan kelebihan berat badan dan obesitas pada anak yang dibiarkan dapat berlanjut hingga dewasa. Faktor resiko prenatal dan perinatal harus semakin diperhatikan agar penanggulangan kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia menyentuh semua lini.
Kondisi obesitas di Indonesia kian hari kian memprihatinkan. Kondisi ini diperparah dengan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan yang terus memicu kenaikan angka obesitas atau semakin obesogenik. Hal ini berarti lingkungan di Indonesia membuat makanan dan minuman yang mengandung tinggi garam, gula dan lemak (GGL) mudah tersedia dan terjangkau. Sementara kesempatan untuk mengakses alternatif yang lebih sehat dan gaya hidup lebih aktif semakin terbatas. UNICEF melakukan studi untuk menganalisis faktor resiko lingkungan obesogenik, diantaranya:
“Sering ditemui permasalahan, anak dengan berat badan yang naik tidak sesuai dengan target karena anak sering sakit. Sakit mengakibatkan anak sulit mencapai target berat badan. Di sisi lain, berat badan yang kurang juga mengakibatkan anak sering sakit. Kedua hal tersebut bagaikan lingkaran setan, sehingga perlu diputus.”
Proses anak yang normal menjadi stunting atau tubuh pendek tidak serta merta berjalan dalam waktu singkat. Terdapat proses yang sebenarnya panjang namun sering terabaikan. Kejadian stunting berawal dari kenaikan berat yang tidak sesuai dengan target yang direkomendasikan atau istilah populernya dikenal dengan ‘weight faltering’. Apabila dilihat dari grafik, maka akan tampak garis pertumbuhan berat badan berdasar usia yang melandai.
Adanya kebijakan penerapan cukai minuman diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dengan penerapan cukai SSBs yang berhasil, beberapa manfaat yang diharapkan antara lain penurunan konsumen terhadap konsumsi SSBs, penurunan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas, penurunan permasalahan kesehatan (diabetes, jantung, stroke, kematian dini), serta peningkatan pendapatan pemerintah. Namun, sebelum mencapai keberhasilan tersebut, perlu beberapa strategi khusus yang harus dijalankan, diantaranya:
Potret Negara Berhasil dalam Menerapkan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di seluruh dunia memacu berbagai negara untuk berusaha mengendalikan jumlah penambahan kasus baru. Kebanyakan kejadian PTM diawali oleh pola makan tidak sehat. Makanan dan minuman yang populer saat ini hampir semuanya mengandung tinggi kalori dari lemak dan gula. Tingginya gula dari minuman menjadikan perhatian yang lebih di bidang kesehatan. Minuman manis dianggap lebih membahayakan karena dengan mengkonsumsi minuman manis tidak ada efek mengenyangkan. Sehingga, konsumsinya akan lebih susah dikendalikan. Padahal kadar gula yang didalamnya tinggi. Belum lagi efek ketergantungan yang mengakibatkannya dikonsumsi secara terus-menerus.
Pertimbangan Penting dalam Penegakan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Dalam menegakkan pembebanan cukai minuman berpemanis atau sugar-sweetened beverages (SSBs), pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa hal agar efektif dan sesuai. Harapannya ketepatan penegakan akan menjamin manfaat kesehatan dan ekonomi yang maksimal. Beberapa pertimbangan penting dalam merancang cukai SSBs antara lain:
Rencana pembebanan cukai minuman berpemanis di Indonesia terus digulirkan. Kian hari, variasi minuman manis dalam kemasan semakin bertambah, dan pada saat yang sama distribusi minuman berpemanis tersebut semakin meluas. Kenaikan kasus diabetes pada anak diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan untuk segera menetapkan langkah strategis untuk mengendalikan faktor risiko, salah satunya asupan gula yang di luar batas.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Faktor Resiko Prenatal dan Perinatal terhadap Obesitas Anak Balita
Riset terkait obesitas pada anak semakin berkembang. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa serangkaian kodisi prenatal dan perinatal berhubungan dengan resiko kelebihan berat badan. Pencegahan dan penanggulangan obesitas pada usia anak-anak harus benar-benar diupayakan. Hal ini dikarenakan kelebihan berat badan dan obesitas pada anak yang dibiarkan dapat berlanjut hingga dewasa. Faktor resiko prenatal dan perinatal harus semakin diperhatikan agar penanggulangan kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia menyentuh semua lini.
Kondisi obesitas di Indonesia kian hari kian memprihatinkan. Kondisi ini diperparah dengan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan yang terus memicu kenaikan angka obesitas atau semakin obesogenik. Hal ini berarti lingkungan di Indonesia membuat makanan dan minuman yang mengandung tinggi garam, gula dan lemak (GGL) mudah tersedia dan terjangkau. Sementara kesempatan untuk mengakses alternatif yang lebih sehat dan gaya hidup lebih aktif semakin terbatas. UNICEF melakukan studi untuk menganalisis faktor resiko lingkungan obesogenik, diantaranya:
“Sering ditemui permasalahan, anak dengan berat badan yang naik tidak sesuai dengan target karena anak sering sakit. Sakit mengakibatkan anak sulit mencapai target berat badan. Di sisi lain, berat badan yang kurang juga mengakibatkan anak sering sakit. Kedua hal tersebut bagaikan lingkaran setan, sehingga perlu diputus.”
Proses anak yang normal menjadi stunting atau tubuh pendek tidak serta merta berjalan dalam waktu singkat. Terdapat proses yang sebenarnya panjang namun sering terabaikan. Kejadian stunting berawal dari kenaikan berat yang tidak sesuai dengan target yang direkomendasikan atau istilah populernya dikenal dengan ‘weight faltering’. Apabila dilihat dari grafik, maka akan tampak garis pertumbuhan berat badan berdasar usia yang melandai.
Adanya kebijakan penerapan cukai minuman diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dengan penerapan cukai SSBs yang berhasil, beberapa manfaat yang diharapkan antara lain penurunan konsumen terhadap konsumsi SSBs, penurunan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas, penurunan permasalahan kesehatan (diabetes, jantung, stroke, kematian dini), serta peningkatan pendapatan pemerintah. Namun, sebelum mencapai keberhasilan tersebut, perlu beberapa strategi khusus yang harus dijalankan, diantaranya:
Potret Negara Berhasil dalam Menerapkan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di seluruh dunia memacu berbagai negara untuk berusaha mengendalikan jumlah penambahan kasus baru. Kebanyakan kejadian PTM diawali oleh pola makan tidak sehat. Makanan dan minuman yang populer saat ini hampir semuanya mengandung tinggi kalori dari lemak dan gula. Tingginya gula dari minuman menjadikan perhatian yang lebih di bidang kesehatan. Minuman manis dianggap lebih membahayakan karena dengan mengkonsumsi minuman manis tidak ada efek mengenyangkan. Sehingga, konsumsinya akan lebih susah dikendalikan. Padahal kadar gula yang didalamnya tinggi. Belum lagi efek ketergantungan yang mengakibatkannya dikonsumsi secara terus-menerus.
Pertimbangan Penting dalam Penegakan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Dalam menegakkan pembebanan cukai minuman berpemanis atau sugar-sweetened beverages (SSBs), pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa hal agar efektif dan sesuai. Harapannya ketepatan penegakan akan menjamin manfaat kesehatan dan ekonomi yang maksimal. Beberapa pertimbangan penting dalam merancang cukai SSBs antara lain:
Rencana pembebanan cukai minuman berpemanis di Indonesia terus digulirkan. Kian hari, variasi minuman manis dalam kemasan semakin bertambah, dan pada saat yang sama distribusi minuman berpemanis tersebut semakin meluas. Kenaikan kasus diabetes pada anak diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan untuk segera menetapkan langkah strategis untuk mengendalikan faktor risiko, salah satunya asupan gula yang di luar batas.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
“Sering ditemui permasalahan, anak dengan berat badan yang naik tidak sesuai dengan target karena anak sering sakit. Sakit mengakibatkan anak sulit mencapai target berat badan. Di sisi lain, berat badan yang kurang juga mengakibatkan anak sering sakit. Kedua hal tersebut bagaikan lingkaran setan, sehingga perlu diputus.”
Proses anak yang normal menjadi stunting atau tubuh pendek tidak serta merta berjalan dalam waktu singkat. Terdapat proses yang sebenarnya panjang namun sering terabaikan. Kejadian stunting berawal dari kenaikan berat yang tidak sesuai dengan target yang direkomendasikan atau istilah populernya dikenal dengan ‘weight faltering’. Apabila dilihat dari grafik, maka akan tampak garis pertumbuhan berat badan berdasar usia yang melandai.
Adanya kebijakan penerapan cukai minuman diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dengan penerapan cukai SSBs yang berhasil, beberapa manfaat yang diharapkan antara lain penurunan konsumen terhadap konsumsi SSBs, penurunan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas, penurunan permasalahan kesehatan (diabetes, jantung, stroke, kematian dini), serta peningkatan pendapatan pemerintah. Namun, sebelum mencapai keberhasilan tersebut, perlu beberapa strategi khusus yang harus dijalankan, diantaranya:
Potret Negara Berhasil dalam Menerapkan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di seluruh dunia memacu berbagai negara untuk berusaha mengendalikan jumlah penambahan kasus baru. Kebanyakan kejadian PTM diawali oleh pola makan tidak sehat. Makanan dan minuman yang populer saat ini hampir semuanya mengandung tinggi kalori dari lemak dan gula. Tingginya gula dari minuman menjadikan perhatian yang lebih di bidang kesehatan. Minuman manis dianggap lebih membahayakan karena dengan mengkonsumsi minuman manis tidak ada efek mengenyangkan. Sehingga, konsumsinya akan lebih susah dikendalikan. Padahal kadar gula yang didalamnya tinggi. Belum lagi efek ketergantungan yang mengakibatkannya dikonsumsi secara terus-menerus.
Pertimbangan Penting dalam Penegakan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Dalam menegakkan pembebanan cukai minuman berpemanis atau sugar-sweetened beverages (SSBs), pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa hal agar efektif dan sesuai. Harapannya ketepatan penegakan akan menjamin manfaat kesehatan dan ekonomi yang maksimal. Beberapa pertimbangan penting dalam merancang cukai SSBs antara lain:
Rencana pembebanan cukai minuman berpemanis di Indonesia terus digulirkan. Kian hari, variasi minuman manis dalam kemasan semakin bertambah, dan pada saat yang sama distribusi minuman berpemanis tersebut semakin meluas. Kenaikan kasus diabetes pada anak diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan untuk segera menetapkan langkah strategis untuk mengendalikan faktor risiko, salah satunya asupan gula yang di luar batas.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Adanya kebijakan penerapan cukai minuman diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dengan penerapan cukai SSBs yang berhasil, beberapa manfaat yang diharapkan antara lain penurunan konsumen terhadap konsumsi SSBs, penurunan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas, penurunan permasalahan kesehatan (diabetes, jantung, stroke, kematian dini), serta peningkatan pendapatan pemerintah. Namun, sebelum mencapai keberhasilan tersebut, perlu beberapa strategi khusus yang harus dijalankan, diantaranya:
Potret Negara Berhasil dalam Menerapkan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di seluruh dunia memacu berbagai negara untuk berusaha mengendalikan jumlah penambahan kasus baru. Kebanyakan kejadian PTM diawali oleh pola makan tidak sehat. Makanan dan minuman yang populer saat ini hampir semuanya mengandung tinggi kalori dari lemak dan gula. Tingginya gula dari minuman menjadikan perhatian yang lebih di bidang kesehatan. Minuman manis dianggap lebih membahayakan karena dengan mengkonsumsi minuman manis tidak ada efek mengenyangkan. Sehingga, konsumsinya akan lebih susah dikendalikan. Padahal kadar gula yang didalamnya tinggi. Belum lagi efek ketergantungan yang mengakibatkannya dikonsumsi secara terus-menerus.
Pertimbangan Penting dalam Penegakan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Dalam menegakkan pembebanan cukai minuman berpemanis atau sugar-sweetened beverages (SSBs), pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa hal agar efektif dan sesuai. Harapannya ketepatan penegakan akan menjamin manfaat kesehatan dan ekonomi yang maksimal. Beberapa pertimbangan penting dalam merancang cukai SSBs antara lain:
Rencana pembebanan cukai minuman berpemanis di Indonesia terus digulirkan. Kian hari, variasi minuman manis dalam kemasan semakin bertambah, dan pada saat yang sama distribusi minuman berpemanis tersebut semakin meluas. Kenaikan kasus diabetes pada anak diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan untuk segera menetapkan langkah strategis untuk mengendalikan faktor risiko, salah satunya asupan gula yang di luar batas.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Potret Negara Berhasil dalam Menerapkan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Tingginya angka penyakit tidak menular (PTM) di seluruh dunia memacu berbagai negara untuk berusaha mengendalikan jumlah penambahan kasus baru. Kebanyakan kejadian PTM diawali oleh pola makan tidak sehat. Makanan dan minuman yang populer saat ini hampir semuanya mengandung tinggi kalori dari lemak dan gula. Tingginya gula dari minuman menjadikan perhatian yang lebih di bidang kesehatan. Minuman manis dianggap lebih membahayakan karena dengan mengkonsumsi minuman manis tidak ada efek mengenyangkan. Sehingga, konsumsinya akan lebih susah dikendalikan. Padahal kadar gula yang didalamnya tinggi. Belum lagi efek ketergantungan yang mengakibatkannya dikonsumsi secara terus-menerus.
Pertimbangan Penting dalam Penegakan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Dalam menegakkan pembebanan cukai minuman berpemanis atau sugar-sweetened beverages (SSBs), pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa hal agar efektif dan sesuai. Harapannya ketepatan penegakan akan menjamin manfaat kesehatan dan ekonomi yang maksimal. Beberapa pertimbangan penting dalam merancang cukai SSBs antara lain:
Rencana pembebanan cukai minuman berpemanis di Indonesia terus digulirkan. Kian hari, variasi minuman manis dalam kemasan semakin bertambah, dan pada saat yang sama distribusi minuman berpemanis tersebut semakin meluas. Kenaikan kasus diabetes pada anak diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan untuk segera menetapkan langkah strategis untuk mengendalikan faktor risiko, salah satunya asupan gula yang di luar batas.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Pertimbangan Penting dalam Penegakan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)
Dalam menegakkan pembebanan cukai minuman berpemanis atau sugar-sweetened beverages (SSBs), pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa hal agar efektif dan sesuai. Harapannya ketepatan penegakan akan menjamin manfaat kesehatan dan ekonomi yang maksimal. Beberapa pertimbangan penting dalam merancang cukai SSBs antara lain:
Rencana pembebanan cukai minuman berpemanis di Indonesia terus digulirkan. Kian hari, variasi minuman manis dalam kemasan semakin bertambah, dan pada saat yang sama distribusi minuman berpemanis tersebut semakin meluas. Kenaikan kasus diabetes pada anak diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan untuk segera menetapkan langkah strategis untuk mengendalikan faktor risiko, salah satunya asupan gula yang di luar batas.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Rencana pembebanan cukai minuman berpemanis di Indonesia terus digulirkan. Kian hari, variasi minuman manis dalam kemasan semakin bertambah, dan pada saat yang sama distribusi minuman berpemanis tersebut semakin meluas. Kenaikan kasus diabetes pada anak diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan untuk segera menetapkan langkah strategis untuk mengendalikan faktor risiko, salah satunya asupan gula yang di luar batas.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Angka kejadian diabetes di Indonesia terus saja mengalami peningkatan. Terlebih diabetes pada anak yang mengalami peningkatan sebanyak 70 kali. Kondisi memprihatinkan akan kejadian penyakit tidak menular semakin menyita perhatian. Tidak hanya diabetes, berbagai penyakit tidak menular yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat juga terus mengalami peningkatan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk melandaikan kejadian penyakit tidak menular. Salah rencana untuk menekan kejadian penyakit tidak menular adalah rencana pembebanan cukai pada makanan/minuman.
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Obesitas merupakan permasalahan yang kompleks. Selain disebabkan oleh faktor makanan, obesitas juga dipicu oleh kurangnya aktifitas fisik. Di zaman yang serba mudah ini, orang menjadi lebih malas untuk bergerak. Kemudahan dalam semua hal juga memunculkan resiko kesehatan jangka panjang. Misalnya saja dengan adanya delivery food yang sangat mudah dan terjangkau. Untuk mendapatkan makanan, tadinya orang harus aktif bergerak untuk memasak atau minimal jalan untuk membeli. Namun saat ini, cukup dengan menyentuh layar gadget, makanan akan tiba di depan rumah.
Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.
Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.