Problematika Pemberian ASI pada Ibu Bekerja

Agustus memiliki makna besar di bidang kesehatan. Pada tanggal 1-7 Agustus dunia memperingati pekan ASI. Adanya pekan ini menunjukkan dukungan yang besar akan pentingnya ASI bagi bayi dimasa sekarang maupun dimasa mendatang.       Setiap tahun, tema pekan ASI yang diangkat berbeda. Untuk tahun 2023 ini, tema internasional yang diangkat adalah “Enabling Breastfeeding: Making a Difference for Working Parents.” Di Indonesia sendiri Kementrian Kesehatan RI mengangkat tema berkaitan, yaitu “Dukung Ibu Bekerja untuk Terus Menyusui”. Dengan diadakannya pekan ASI ini, kita akan semakin menyadari betapa pemberian ASI pada bayi masih penuh dengan tantangan. Banyak sekali faktor yang mengakibatkan anak tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Namun, salah satu faktor penyebabnya yang menyita perhatian adalah karena kondisi ibu yang bekerja.

Pemerintah sebenarnya telah mengantisipasi kondisi tersebut dengan membuat kebijakan untuk mendukung ASI eksklusif pada ibu yang bekerja. Kebijakan pemerintah tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2012 tentang ‘Pemberian ASI Eksklusif’ dan Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2013 tentang ‘Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan Memerah’. Peraturan tersebut mendorong kantor pemerintah dan swasta untuk mendukung ASI eksklusif dan memberikan fasilitas ruang laktasi sehingga ibu menyusui bisa memerah ASI.

Penegakan peraturan saja sebenarnya belum cukup. ASI eksklusif menjadi sulit untuk dicapai pada ibu yang bekerja dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa penghambat pencapaian ASI eksklusif diantaranya adalah waktu pertemuan yang terbatas antara ibu dengan bayi, jarak ibu yang terpisah dengan bayi, ibu kelelahkan karena bekerja, tidak tersedianya fasilitas tempat menyusui di kantor yang mendukung, tidak adanya tempat penyimpanan ASI, hingga rekan kerja/atasan yang kurang mendukung.

Dua faktor keberhasilan ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif antar lain faktor diri sendiri dan faktor lingkungan. Diri sendiri merupakan kunci pertama keberhasilan, yaitu niat, pengetahuan, dan sikap menghadapai masalah dalam menyusui. Sebaik apapun fasilitas dan dukungan lingkungan, tanpa niat dari si ibu maka tidak akan bisa tercapai. Niat dipengaruhi oleh pemahaman dan pengetahuan ibu. Sehingga penting sekali mengedukasi ibu agar menumbuhkan niatnya dalam memberikan ASI bagi bayinya.  

Faktor lingkungan juga memegang peranan yang besar dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Beberapa faktor lingkungan antara lain dukungan keluarga, dukungan teman kerja, fasilitas di tempat kerja dan dukungan dari tempat bersalin. Dukungan yang dimaksud antara lain pemberian pengetahuan, pendampingan keterampilan memerah ASI di lingkungan kerja, dukungan emosional, penyediaan fasilitas dan kemudahan menyusui. Faktor lingkungan dan faktor diri sendiri sebenarnya juga saling berkaitan. Dengan tersedianya faktor lingkungan yang ideal, maka akan mempengaruhi faktor diri sendiri dan memperkuat niat ibu.

Dukungan lingkungan kerja terhadap ibu bekerja yang menyusui sebenarnya juga memberikan manfaat besar bagi tempat kerja tersebut. Bayi dengan ASI eksklusif akan lebih sehat. Sehingga, berpengaruh positif pada prestasi ibu di tempat bekerja. Sementara bayi tanpa ASI akan lebih mudah sakit. Ketika anak sering sakit, maka dapat menurunkan performa  ibu di tempat kerja. Belum lagi ketika ASI tidak dikeluarkan juga berpotensi memberikan masalah pada kesehatan ibu. Mari kita dukung ibu bekerja untuk tetap menyusui!

Sumber bacaan:

https://rsud.magelangkab.go.id/home/detail/keberhasilan-pemberian-air-susu-ibu-eksklusif-oleh-ibu-pekerja/277

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1364/asi-eksklusif-pada-ibu-bekerja

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3239/1/Yumei%20Jurnal%20Kesmas%20Vol.%2012%20No.%201%202020%20%28Artikel%20Yumei%29.pdf

https://www.voaindonesia.com/a/pekan-asi-dunia-2023-memotret-kesulitan-ibu-bekerja/7218398.html

https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/pekan-asi-sedunia-2023-gubernur-khofifah-berikan-asi-eksklusif-untuk-turunkan-stunting

Leave a comment

Dampak Covid