Makanan dan Lingkungan Indonesia Kian Obesogenik

Kondisi obesitas di Indonesia kian hari kian memprihatinkan. Kondisi ini diperparah dengan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan yang terus memicu kenaikan angka obesitas atau semakin obesogenik. Hal ini berarti lingkungan di Indonesia membuat makanan dan minuman yang mengandung tinggi garam, gula dan lemak (GGL) mudah tersedia dan terjangkau. Sementara kesempatan untuk mengakses alternatif yang lebih sehat dan gaya hidup lebih aktif semakin terbatas. UNICEF melakukan studi untuk menganalisis faktor resiko lingkungan obesogenik, diantaranya:

Pertumbuhan gerai makanan cepat saji dan ritel makanan modern

Resiko konsumsi makanan dan minuman tinggi GGL meningkat pada penduduk setempat dengan pesatnya pertumbuhan pasar swalayan, mini market, dan toko serba ada. Beberapa dekade terakhir ini, pertumbuhan gerai makanan cepat saji dan ritel makanan modern di Indonesia meningkat pesat sehingga makanan dan minuman tinggi GGL tersedia secara luas dan terjangkau di seluruh Indonesia. Untuk memperoleh makanan tinggi GGL orang yang berada di daerah yang jauh dari kota pun akan tetap bisa mengakses dengan mudah.

Akses terhadap air minum yang aman

Ketersediaan air minum yang aman masih menjadi masalah utama di Indonesia. Padahal ketersediaan sumber air minum yang aman dan terjangkau dapat mendukung penerapan kebiasaan hidup sehat. Jika air minum aman tersedia maka akan lebih memungkinkan konsumsi air putih yang lebih sering sebagai alternatif sehat minuman berpemanis. Banyak sekali keluarga di Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman.

Paparan terhadap pemasaran makanan dan minuman tinggi GGL

                Dalam sekali tanyangan acara televisi, berapa banyak iklan makanan dan minuman yang tidak sehat? Tentu kita paham bahwa paparan iklan makanan dan minuman tinggi GGL dalam televisi di Indonesia sangat tinggi. Setiap empat menit anak terpapar iklan makanan atau minuman tidak sehat. Belum lagi iklan makanan dan minuman tinggi di luar ruangan, baik di wilayah perkotaan maupun di pedesaan di tempat keramaian yang sering dikunjungi anak-anak dan remaja. Hal ini diperkuat dengan iklan yang menarik serta kemudahan akses memperoleh makanan dan minuman yang diiklankan.

Ketersediaan infrastruktur mobilitas aktif

                Ketersediaan infrastruktur mobilitas di Indonesia yang mendukung masyarakat untuk menerapkan aktivitas fisik belum memadai atau kualitasnya buruk. Area untuk pejalan kaki maupun pesepeda di kota besar, menengah dan kecil tidak mendukung sehingga memunculkan rasa tidak aman. Belum lagi masalah polusi yang membuat masyarakat enggan untuk melakukan aktivitas fisik di luar ruangan dengan aman.

Sumber bacaan:

UNICEF. 2022. Analisis landskap kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia. Diakses

Leave a comment

Dampak Covid