Waspada Diabetes pada Anak

Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.

Dari tingkat keluarga, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini juga perlu dilakukan terlebih jika anak memiliki faktor resiko diabetes. Misalnya saja anak mengalami kegemukan, pola makan tidak sehat, asupan tinggi gula, minim aktivitas fisik, dan atau anak memiliki tanda gejala yang perlu diwaspadai. Beberapa gejala diabetes pada anak antara lain:

  • Anak banyak makan

    Kelaparan yang terus-menerus akan dirasakan anak meskipun belum lama makan. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan tubuh dalam mengolah gula menjadi energi gangguan pada kinerja insulin.

  • Anak banyak minum

    Kehausan secara terus menerus pada anak dengan diabetes disebabkan karena kadar glukosa darah yang terlalu tinggi. Ginjal mengeluarkan glukosa berlebih melalui urin, sehingga semakin banyak cairan tubuh yang diserap ginjal untuk urin.

  • Anak sering buang air kecil

    Konsumsi cairan yang banyak karena kehausan terus-menerus tidak dapat diimbangi kemampuan tubuh dalam menyerap cairan dengan baik. Cairan banyak diserap ginjal untuk membuang kelebihan glukosa. Akibatnya, anak akan buang air kecil dengan frekuensi lebih banyak, terutama di malam hari. Bahkan anak bisa mengompol.

  • Berat badan anak turun signifikan (2-6 minggu)

    Jumlah makanan yang dikonsumsi meningkat namun anak justru menjadi semakin kurus. Bahkan penurunan berat badan signifikan. Penyebabnya adalah ketidakmampuan tubuh dalam menyerap gula. Akibatnya jaringan otot dan lemak menyusut dan berat badan turun.

  • Anak kelelahan dan mudah marah

    Kekurangan gula karena ketidakmampuan tubuh dalam memetabolisme mengakibatkan anak kekurangan energi. Hal ini mengakibatkan kelelahan, bahkan anak juga dapat mengalami gangguan perilaku dan emosi (lebih cepat marah dan murung).

  • Kulit anak tampak lebih gelap (terutama ketiak dan leher)

    Resistensi insulin atau gangguan pada kerja insulin mengakibatkan perubahan warna kulit.

  • Infeksi jamur, luka sulit sembuh, penglihatan kabur, kulit sering terasa gatal-gatal dan kering, sering merasa kebal dan kesemutan di kaki

    Gejala-gejala ini sering timbul tidak jelas sehingga seringnya tidak disadari dan diagnosis diabetes sering terlewatkan.

  • Nyeri perut, sesak nafas, muntah berulang, dehidrasi, nafas berbau keton, bahkan penurunan kesadaran

    Anak mungkin juga dapat mengalami “kegawatan diabetes”, sehingga harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

Diabetes pada anak merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, namun dengan kontrol metabolik (kadar gula darah diusahakan untuk mendekati normal) maka anak dapat tubuh dan berkembang seperti anak tanpa diabetes. Pengelolaan diabetes pada anak dilakukan dengan tata laksana yang sesuai, diantaranya insulin dan atau obat-obatan, pengaturan makan, olahraga, edukasi dan pemantauan gula darah secara mandiri (home monitoring). Penanganan diabetes pada anak membutuhkan dukungan penuh dari keluarga, dokter anak atau endokrinologi anak, ahli gizi, psikolog atau ahli psikiatri anak, pekerja sosial dan edukator. Pemahaman terkait diabetes pada anak perlu diperluas agar kewaspadaan orang tua, guru dan komunitas menjadi lebih baik.

Sumber bacaan:

https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/anak-juga-bisa-diabetes#:~:text=Data%20Ikatan%20Dokter%20Anak%20Indonesia,selama%20jangka%20waktu%2010%20tahun.

https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/diabetes-mellitus-pada-anak-dan-remaja

Leave a comment

Dampak Covid