Inovasi Program Pemberian Makanan Tambahan Balita

Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:

  1. Variasi makanan sesuai kearifan lokal

    Selama ini, rekomendasi pemberian biskuit MT bagi balita kurus usia 6-11 bulan adalah 8 keping (2 bungkus) per hari dan usia 12-59 bulan adalah 12 keping. Salah satu evaluasi dari program pemberian PMT biskuit adalah terjadinya kebosanan karena balita setiap hari harus mengkonsumsi makanan yang sama dalam jumlah yang cukup banyak. Inovasi PMT berbasis pangan lokal pada balita telah dilakukan di beberapa daerah. Salah satumya di Wonosobo. Pemkab Wonosobo mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk memanfaatkan potensi pertanian dan disesuaikan dengan selera anak-anak sehingga mampu menggeser kebiasaaan berpola pikir makan instan.

    Di Desa Pakuncen Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo terdapat inovasi program ‘Pondok Pemulihan Gizi’. Kegiatannya tidak sekedar memberikan PMT, namun kegiatan berupa rangkaian yang terdiri dari penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman ibu terkait PMT, penyediaan, dan pengolahan; pelatihan pembuatan PMT balita untuk meningkatkan keterampilan; serta pemberian PMT yang bervariasi dan juga menyesuaikan kearifan lokal. 

    Program pemanfaatan pangan lokal di daerah lain juga dilakukan di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. Puskesmas bekerjasama dengan  pemerintah desa dan kader posyandu melakukan kerjasama dengan inovasi pelayanan publik berupa gerakan bersama makan ikan atau disebut ‘Gebrakan’.

    Penelitian serupa dilakukan di Puskesmas Paguyaman Kabupaten Boalemo yang memberikan intervensi dengan modifikasi pemberian PMT berbahan makanan lokal. Peneliti menyiapkan tiga resep kemudian orang tua memberikan pada anak balita gizi kurang secara bergantian setiap hari sebagai makanan selingan. Bahan makanan utama yang digunakan berupa labu kuning dan bahan makanan tambahan kentang, kuning telur, jagung dan wortel.

  2. Memaksimalkan peran kader posyandu

    Evaluasi lain dari program pemberian PMT biskuit adalah proses pemberian PMT. Inovasi program yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan peran kader posyandu. Dengan adanya peran kader, maka edukasi, motivasi dan pemantauan akan berjalan lebih baik karena kader sangat dekat dengan keluarga balita. Misalnya saja di Kabupaten Tanah Bambu (Tanbu), membuat inovasi disektor pelayanan publik yaitu ‘gojek gizi balita’ atau ‘GOZIB’. GOZIB bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pengembangan kapasitas masyarakat perdesaan dengan menggunakan peranan kader pembangunan manusia (KPM) dengan memberikan PMT dengan operasional dana desa melalui kunjungan rumah.

    Program serupa dilakukan di Semarang dengan pendampingan door-to-door oleh ‘nutrisionis masyarakat’ atau ‘NUTRIMAS’. Nutrimas merupakan petugas survailens gizi yang menjalankan pelacakan, validasi data dan pemantauan balita stunting di Kota Semarang. Jumlah NUTRIMAS Kota Semarang yang berjumlah 6 orang dan tersebar dalam 25 lokus stunting. NUTRIMAS dibantu kader dalam melakukan pendampingan balita stunting. Kader berperan mengantarkan PMT ke rumah balita dan ibu hamil, mengisi formulir pemantauan asupan makanan dan menilai hasil pemantauan asupan makanan. Di daerah lain di Desa Limbung Kabupaten Kubu Raya kader juga memberikan PMT pada balita ke rumah secara door-to-door sebanyak delapan kali dalam satu bulan.

  3. Sosialisasi dan koordinasi lintas sektoral

    Permasalahan gizi anak tidak hanya menjadi masalah bidang kesehatan. Lebih dari itu, permasalahan ini sangat kompleks maka penanganannya juga tidak bisa jika hanyak dilakukan oleh satu pihak saja. Perlu ada kerjasama lintas sektoral untuk menunjang keberhasilan program. Program inovasi lintas sektoral dalam penanggulangan masalah gizi anak dapat kita lihat pada program ‘Ngagiring Barudak’ yang dilakukan oleh Puskesmas Tenjolaya, Bogor. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kunjungan D/S. “Ngagiring” (Bahasa Sunda) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah menggiring [meng-gi-ring], mengantar (membawa) ke sesuatu tempat. Sedangkan “Barudak”(Bahasa Sunda) artinya adalah anak-anak. Manfaat program kerjasama lintas sektor antara lain ibu balita dapat melihat contoh-contoh menu PMT yang harus di sediakan oleh keluarga untuk balitanya dengan pemanfaatan bahan pangan lokal yang tersedia, para stakeholder dapat melihat langsung kebutuhan-kebutuhan gizi masyarakat di desa-desa melalui peran posyandu, peran lintas sektor dan swasta dapat memaksimalkan dana untuk kebutuhan gizi (penguatan peran lintas sektor), penilaian status gizi lebih maksimal, karena seluruh balita di wilayah datang ke Posyandu (Peningkatan status Gizi Balita).

    Penelitian yang dilakukan oleh Indriati dkk (2015) di Kabupaten Wonogiri juga menunjukkan bahwa puskesmas yang mengalami peningkatan kasus balita gizi kurang hanya melakukan sosialisasi pada bidan dan kader saja. Sementara pada puskesmas yang melakukan sosialisasi pada kader, perangkat desa dan kecamatan, koordinasi lintas sektor (pemerintah maupun swasta) mengalami penurunan angka balita dengan kekurangan gizi.

Sumber bacaan:

Azizah, A&Hermawan. 2021. Pembentukan Pondok Pemulihan Gizi dalam Upaya Pencegahan Balita Kurang Gizi dan Stunting di Desa Pakuncen Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo. Jurnal Inovasi Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 1, No. 1 Juni 2021, Hal. 1-8

http://johorejo.desa.id/kabardetail/7118/pemberian-makanan-tambahan-bagi-balita-gizi-kurang.html

https://halosemarang.id/puskesmas-patebon-buat-inovasi-gebrakan-untuk-turunkan-kasus-gizi-buruk

https://indohcf-award.com/innovation-detail/1237

https://mc.tanahbumbukab.go.id/inovasi-gozib-pelayanan-antar-gratis-pmt/

https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/inovasi-pl-sagita-manfaatkan-hasil-pertanian-lokal-untuk-tekan-angka-gizi-buruk

https://www.pertamina.com/Id/news-room/csr-news/cegah-gizi-buruk-pada-balita-pertamina-berikan-bantuan-pmt-delivery-service

Indriati. R, et al. 2015. Evaluasi program pemberian makanan tambahan pemulihan pada balita kurang gizi di Kabupaten Wonogiri ditinjau dari aspek input dan proses. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, Volume 03, Nomor 01.

Irwan, et al. 2020. Efektifitas pemberian PMT modif berbasis kearifan lokal terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang dan stunting. Jurnal Health and Science Gorontalo. Volume 04, Nomor 02.

Leave a comment

Dampak Covid