Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita

Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:

Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Jepara, tepatnya di Puskesmas Welahan yaitu program belum berjalan dengan optimal. Beberapa permasalahan yang ditemui antara lain belum adanya sarana gudang untuk menyimpan paket makanan di puskesmas. Pada prosesnya, tidak ada pembentukan kelompok ibu balita dan pada proses pemantauannya tidak berjalan maksimal karena PMT ikut dikonsumsi oleh anggota keluarga. Selain itu belum dilaksanakannya pencatatan harian daya terima terhadap makanan PMT pemulihan (Aryani, 2019).

Evaluasi lain yang dilakukan oleh Hermina, dkk (2017) dari Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat Balitbangkes Kemenkes menunjukkan bahwa biskuit PMT memiliki daya terima yang rendah. Penelitian dilakukan di sebelas provinsi di enam region di Indonesia, yaitu Sumatra, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Evaluasi output dari program PMT biskuit berdasarkan kepatuhan dan daya terima masih rendah. Hanya 32,2% balita yang dapat menghabiskan biskuit. Balita bosan terhadap biskuit, selain itu biskuit juga dimakan anggota rumah tangga lain. Salah satu rekomendasi yang diberikan terkait PMT biskuit adalah perlu pertimbangan adanya kebosanan terhadap biskuit.

Hasil dari riset yang dilakukan Esilneya, dkk (2021) juga menunjukkan beberapa evaluasi terkait PMT biskuit, diantaranya penyimpanan biskuit di puskesmas belum sesuai standar, ketidakteraturan pengambilan biskuit oleh sasaran, pemahaman sebagian ibu terkait PMT biskuit masih kurang, pencatatan/pelaporan dan monitoring evaluasi belum optimal, dan pada outputnya masih kurang. Pada indikator output, hanya 35,3% balita yang mampu menghabiskan biskuit dan hanya 58,8% balita yang mengalami kenaikan berat badan. Penyebab biskuit tidak dihabiskan oleh balita umumnya dikarenakan balita tidak suka dan bosan. Bahkan ada anggota keluarga yang ikut mengkonsumsi dan menjadikannya sebagai makanan camilan keluarga.

Problem lain dari program PMT biskuit pada penelitian yang dilakukan oleh Nurrahmah&Muliana (2021) yaitu jumlah biskuit yang diterima tidak sesuai dengan usia balita, penyimpanan biskuit yang tidak sesuai, kendala pendistribusian yang tidak sesuai, serta kurangnya pemantauan pemberian biskuit.

Beberapa riset evaluasi di atas hanya menggambarkan sebagian evaluasi program PMT biskuit. Masih banyak riset lain yang menunjukkan hasil serupa. Dari banyaknya riset yang telah dilakukan di berbagai daerah, pemangku kebijakan sudah seharusnya segera mencari solusi alternatif.

“.. Dan jangan sampai keliru. Karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan, dari kementerian masih memberi biskuit pada anak. Cari mudahnya. Saya tahu. Lelangnya gampang. Kalau telur, ikan, kan gampang busuk, gampang rusak… Cari mudahnya aja. Jangan dilakukan lagi. Klo anaknya, bayinya, harus diberikan telur ya telur, diberikan ikan ya ikan…”

Sangat disayangkan pemegang kebijakan biskuit PMT tidak segera mengambil alternatif solusi lain, sampai pada akhirnya pada akhir Januari lalu bapak presiden RI menyatakan secara eksplisit terkait ketidaksetujuannya pada PMT biskuit. Semoga dengan adanya masukan dari berbagai pihak, segera dicari alternatif solusi yang lebih baik.

Sumber bacaan:

Aryani, NA. 2019. Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) untuk Penderita Balita Gizi Buruk (Studi Kasus di Puskesmas Welahan I Kabupaten Jepara). Semarang: Unnes.

Esilneya, et al. 2021. Studi kebijakan program makanan tambahan biskuit pada balita kurang gizi di kota solok tahun 2020 . Jurnal Human Care, Volume 6;No.2 (June, 2021): 284-294 .

Hermina, et al. 2017. Evaluasi pelaksanaan program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita kurus dan ibu hamil kurang energi kronis (KEK). Jakarta : Kemenkes.

http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/37880

https://mediaindonesia.com/humaniora/553215/presiden-sentil-kementerianlembaga-karena-masih-beri-balita-biskuit

Nurrahmah, R&Muliana, N. 2021.  Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebijakan terhadap Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan pada Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Tiji. Serambi Akademica Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Vol. 9, No. 6, Juli 2021.

Leave a comment

Dampak Covid