Anak Obesitas Belum Tentu Gizinya Terpenuhi

Obesitas pada anak terkadang dipahami sebagai suatu kondisi yang kurang tepat. Seolah-olah, anak dengan obesitas kebutuhan gizinya terpenuhi dengan sangat baik, bahkan berlebih. Namun apabila diamati lebih dekat sebenarnya mayoritas anak yang mengalami obesitas tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai. Kecukupan gizi anak tidak hanya dilihat dari pencapaian berat badan. Kegemukan pada anak disebabkan oleh berlebihnya asupan kalori. Hal tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa kebutuhan gizi anak seperti protein, vitamin, meneral dan serat juga berlebih.

Makanan-makanan yang menyumbang kalori tinggi pada makanan anak rata-rata adalah makanan dengan kandungan vitamin, mineral dan serat yang rendah. Misalnya saja pada penelitian yang dilakukan pada siswa SD di Surabaya. Makanan tinggi kalori yang dikonsumsi oleh siswa adalah makanan tinggi kalori karena tingginya kandungan gula yang ditambahkan pada kue tradisional (kue cucur, ongol-ongol, roti kukus, jelly), minuman (es cincau, es blewah, susu), serta  jajanan kemasan (permen, biskuit kemasan, wafer lapis coklat, minuman kemasan).

Obesitas pada anak dapat dicegah dan diatasi. Namun tidak hanya dengan mengendalikan asupan makanan tinggi kalori. Perlu upaya kompleks dari berbagai sektor dan dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain memproteksi golden standard pemberian makan bayi dan anak (inisiasi menyusui dini/IMD, ASI eksklusif 6 bulan, makanan pendamping-ASI berkualitas dan ASI sampai anak berusia2 tahun), meningkatkan konsumsi makanan sehat masyarakat (memudahkan ketersediaan, akses, dan keterjangkauan), mewujudkan lingkungan untuk hidup lebih aktif (fasilitas aktivitas fisik, tempat kerja non-obesogenik), dan mengendalikan makanan komersil (regulasi makanan tidak sehat, pajak, meningkatkan literasi/labeling makanan).

Melihat upaya yang kompleks untuk mencegah obesitas pada anak, kita bisa semakin paham bahwa obesitas pada anak juga disebabkan oleh banyak hal yang kompleks. Anak dengan obesitas juga bisa dipicu karena anak tidak mendapatkan fase IMD, tidak lulus ASI eksklusif 6 bulan, kualitas MP-ASI yang rendah, rendahnya konsumsi makanan sehat, aktivitas fisik yang rendah, serta asupan makanan tinggi kalori yang berlebih.

Sumber bacaan:

https://www.kemkes.go.id/

https://www.unicef.org/

Puspita dan Adriyanto. 2019. Analisis Asupan Gula, Garam dan Lemak (GGL) dari Jajanan pada Anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Surabaya. Amerta Nutr (2019) 58-62 58 DOI : 10.2473/amnt.v3i1.2019.58-62

Leave a comment

Dampak Covid