Resume Problematika Gizi Anak Indonesia 2023

Tidak terasa tahun 2023 sudah ada di penghujung. Diantara segala macam problematika kesehatan, permasalahan gizi anak sangat menarik untuk dibahas. Perhatian gizi anak adalah prioritas, pun tanpa memandang dari jumlah maupun keparahan kelompok usia lainnya. Anak merupakan investasi negara. Kondisi gizi anak saat ini menentukan kualitas negara pada saat ini maupun dimasa yang akan datang.

Selama 2023 ini, problematika gizi apa saja yang masih dihadapi oleh anak-anak Indonesia?

Wasting

Permasalahan gizi anak yang paling berbahaya jika dilihat dari besarnya resiko dan singkatnya jangka waktu adalah wasting. Resiko terburuk dari wasting adalah kematian. Data SSGI 2022 menunjukkan peningkatan wasting ada anak dibandingkan tahun 2021, yaitu 7.1% menjadi 7.7%.

Penanggulangan wasting yang saat ini terus digalakkan antara lain, pemberian ASI eksklusif, MP-ASI adekuat dan tepat, pencegahan dan penanggulangan sakit pada balita, pencegahan kekurangan vitamin A, imunisasi yang lengkap, serta penerapan pola hidup bersih sehat (PHBS)

Obesitas

Kasus kelebihan berat badan dan obesitas pada anak di Indonesia semakin meningkat. Sehingga, banyak yang tidak menganggap obesitas anak sebagai masalah yang serius.

Data SSGI 2021 menunjukkan angka overweight pada anak yaitu 3.5%.

Faktor risiko obesitas cukup banyak dan kompleks, antara lain:

  • Faktor prenatal dan perinatal

    Ibu dengan obesitas meningkatkan resiko obesitas pada anak.

  • Lingkungan obesogenik 

    Ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan di Indonesia terus memicu kenaikan angka obesitas atau semakin obesogenik. Makanan dan minuman yang mengandung tinggi garam, gula dan lemak (GGL) banyak tersedia dan mudah dijangkau oleh semua kalangan, bahkan anak-anak.

    Bagi anak-anak, school food environment atau lingkungan makan sekolah berperan besar dalam mencegah lingkungan obesogenik di sekolah. Hal ini mencakup makanan yang disediakan dari sekolah, kantin, kios, penjual makanan di lingkungan sekolah, mesin otomatis penjual makanan yang berada di lingkungan sekolah.

Strategi pencegahan dan pengendalian obesitas pada populasi obesitas yang dilakukan di fasilitas layanan dasar diantaranya, penatalaksanaan kasus obesitas yang adekuat, terapi obesitas (diet, exercise, modifikasi perilaku, pendekatan medis), dan rujukan.

Beberapa hal yang masih memerlukan perhatian dalam pengendalian obesitas diantaranya, penguatan regulasi sesuai determinan, upaya lingkungan non obesogenik, pedoman gizi, kolaborasi lintas sektor (gizi dan pangan), peningkatan aktivitas fisik masyarakat dan individu, serta  program penanggulangan yang spesifik dan tepat guna.

 

Stunting

Awal tahun ini pada momen hari gizi nasional 2023 tema yang diangkat adalah “Protein Hewani Cegah Stunting” mengingat stunting masih menjadi problematika gizi utama anak di Indonesia.

Data terakhir SSGI tahun 2022 menunjukkan angka stunting sebesar 21.6%. Angka tersebut masih sangat tinggi mengingat target penurunan stunting pada tahun 2024 adalah 14%.

  • Weight Faltering

    Awal kejadian stunting tampak dari adanya weight faltering. Kegiatan posyandu sangat membantu orang tua dalam memantau pertumbuhan anak. Jika anak mengalami weight faltering, maka stunting dapat dicegah dengan lebih cepat.

  • Pemberian Makan Tambahan (PMT)

    Makanan tambahan yang tepat dapat berperan dalam pencegahan maupun penanggulangan stunting. Pada awal tahun, sempat ramai PMT yang tidak sesuai dan tidak tepat sasaran. Tahun ini banyak upaya perbaikan PMT yang dilakukan, diantaranya dengan variasi makanan sesuai kearifan lokal, memaksimalkan peran kader posyandu, sosialisasi dan koordinasi lintas sektoral.

Sebelas intervensi spesifik penanggulangan stunting antara lain skrining anemia remaja putri, konsumsi tablet tambah darah remaja putri, pemeriksaan kehamilan (ANC), konsumsi tablet tambah darah ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronis (KEK), pemantauan pertumbuhan balita, ASI eksklusif, pemberian MPASI kaya protein hewani bagi baduta, tatalaksana balita dengan masalah gizi (weight faltering, stunting, wasting, underweight, gizi buruk), peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi; serta edukasi remaja, ibu hamil, dan keluarga.

Diabetes

Pada tahun 2023 ini dibandingkan dengan tahun 2010, terdapat kenaikan angka kejadian diabetes pada anak sebanyak 70 kali lipat. Data Riskesdas 2014 menunjukkan angka kejadian faktor resiko DM tipe-2 yaitu sebesar 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan 10,8% mengalami obesitas.

Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.

Selain melakukan deteksi dini, penting juga untuk menyediakan lingkungan yang baik dalam pencegahan diabetes. Salah satu kebijakan yang dapat diupayakan (saat ini masih menjadi wacana) adalah kebijakan penerapan cukai minuman berpemanis/SSBs. Harapannya laju penambahan kasus PTM dapat ditekan dan cukai dapat digunakan untuk penanggulangan obesitas.

Peran Posyandu di Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Gizi Anak

Posyandu adalah lembaga yang mendukung Puskesmas untuk mendekatkan pada masyarakat pada akses layanan kesehatan dasar. Posyandu berkontribusi besar dalam pencegahan dan penanggulangan wasting, obesitas, stunting dan diabetes pada anak.

Kualitas kader senantiasa ditingkatkan dengan pembinaan kader untuk memiliki 25 keterampilan dasar bidang kesehatan, pemberian tanda kecakapan kader (purwa, madya, utama), dan apresiasi bagi pemenang lomba kader dan posyandu berprestasi bidang kesehatan.

Peran ASI Eksklusif dalam Pencegahan Masalah Gizi Anak

ASI eksklusif memiliki peranan besar dalam pencegahan wasting, obesitas, maupun stunting. Pada pekan ASI 2023, Kemenkes RI mengangkat tema “Dukung ibu bekerja untuk terus menyusui”. Banyak sekali faktor yang mengakibatkan anak tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Namun, salah satu faktor penyebabnya yang menyita perhatian adalah karena kondisi ibu yang bekerja. Faktor lingkungan memegang peranan yang besar dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif, diantaranya dukungan keluarga, dukungan teman kerja, fasilitas di tempat kerja dan dukungan dari tempat bersalin. Dukungan yang dimaksud antara lain pemberian pengetahuan, pendampingan keterampilan memerah ASI di lingkungan kerja, dukungan emosional, penyediaan fasilitas dan kemudahan menyusui.

Masih banyak tugas besar dalam penanggulangan problematika gizi pada anak pada tahun 2024.  Permasalahan ini tidak dapat ditangani hanya dari sektor kesehatan. Perlu adanya kolaborasi dengan berbagai sektor untuk menyelesaikan permasalahan gizi pada anak, diantaranya sektor kesehatan, pendidikan, ekonomi, pemegang kebijakan, dan sektor lain.

Leave a comment

Dampak Covid