Memilih Makanan Sehat bagi Anak Sekolah

Healthy eating habits are learned in childhood, and parents teach best by example.”-Sizer&Whitney

Dalam menghadapi problematika gizi anak sekolah, diperlukan banyak upaya strategis dari berbagai pihak, antara lain siswa, orang tua dan guru. Untuk memberikan aksi terbaik diperlukan pengetahuan yang cukup dan dilanjutkan dengan aksi nyata. Pada artikel ini akan dipaparkan langkah praktik yang dapat dicoba.

Problematika Gizi Anak Sekolah

Belum lama ini para siswa di Indonesia memasuki tahun ajaran baru sekolah. Bagi orang tua yang mempedulikan kesehatan anaknya perlu memutar otak kembali agar dapat memastikan kondisi anak selalu sehat. Salah satu hal penting yang menunjang kesehatan anak adalah asupan gizi anak. Kegiatan anak yang lebih banyak, lingkungan baru, kebiasaan baru, pergaulan dengan teman, tambahan wawasan, durasi interaksi dengan orang tua yang lebih terbatas dan beberapa faktor lain memegang peranan dalam membentuk kebiasaan makan anak.

PMT Berbahan Pangan Lokal untuk Balita dan Ibu Hamil

Tahun 2023 ini pemerintah sedang menggalakkan program pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal bagi balita gizi kurang dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK). Pangan lokal merupakan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal dan menjadi alternatif sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Tingginya Masalah Kekurangan Gizi Anak Indonesia

Di tengah naiknya angka kelebihan gizi, permasalahan kekurangan gizi pada anak di Indonesia masih banyak, diantaranya stunting, wasting dan underweight. Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021 menunjukkan bahwa stunting mengalami penurunan, namun wasting dan underweight justru mengalami peningkatan.

Pesan Kunci WHO untuk Dukung Ibu Sukses Menyusui dan Bekerja

Bekerja dan menyusui bukanlah suatu pilihan. Keduanya bisa dilakukan dan memang seharusnya sangat diperjuangkan.Pekan ASI sedunia yang didukung oleh WHO, UNICEF, Kementrian Kesehatan RI, serta masyarakat sipil. Tema tahun ini yang mendungkung ibu bekerja untuk tetap menyusui merupakan peluang strategis untuk mengadvokasikan hak-hak pekerja yang penting untuk keberhasilan menyusui. Beberapa hak tersebut antara lain cuti melahirkan yang ideal untuk mendukung masa ASI eksklusif serta kebijakan pendukung ibu menyusui di tempat kerja.

Problematika Pemberian ASI pada Ibu Bekerja

Agustus memiliki makna besar di bidang kesehatan. Pada tanggal 1-7 Agustus dunia memperingati pekan ASI. Adanya pekan ini menunjukkan dukungan yang besar akan pentingnya ASI bagi bayi dimasa sekarang maupun dimasa mendatang.       Setiap tahun, tema pekan ASI yang diangkat berbeda. Untuk tahun 2023 ini, tema internasional yang diangkat adalah “Enabling Breastfeeding: Making a Difference for Working Parents.” Di Indonesia sendiri Kementrian Kesehatan RI mengangkat tema berkaitan, yaitu “Dukung Ibu Bekerja untuk Terus Menyusui”. Dengan diadakannya pekan ASI ini, kita akan semakin menyadari betapa pemberian ASI pada bayi masih penuh dengan tantangan. Banyak sekali faktor yang mengakibatkan anak tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Namun, salah satu faktor penyebabnya yang menyita perhatian adalah karena kondisi ibu yang bekerja.

Faktor Resiko Prenatal dan Perinatal terhadap Obesitas Anak Balita

Riset terkait obesitas pada anak semakin berkembang. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa serangkaian kodisi prenatal dan perinatal berhubungan dengan resiko kelebihan berat badan. Pencegahan dan penanggulangan obesitas pada usia anak-anak harus benar-benar diupayakan. Hal ini dikarenakan kelebihan berat badan dan obesitas pada anak yang dibiarkan dapat berlanjut hingga dewasa. Faktor resiko prenatal dan perinatal harus semakin diperhatikan agar penanggulangan kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia menyentuh semua lini.

Makanan dan Lingkungan Indonesia Kian Obesogenik

Kondisi obesitas di Indonesia kian hari kian memprihatinkan. Kondisi ini diperparah dengan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan yang terus memicu kenaikan angka obesitas atau semakin obesogenik. Hal ini berarti lingkungan di Indonesia membuat makanan dan minuman yang mengandung tinggi garam, gula dan lemak (GGL) mudah tersedia dan terjangkau. Sementara kesempatan untuk mengakses alternatif yang lebih sehat dan gaya hidup lebih aktif semakin terbatas. UNICEF melakukan studi untuk menganalisis faktor resiko lingkungan obesogenik, diantaranya:

Weight Faltering Awal Kejadian Stunting

“Sering ditemui permasalahan, anak dengan berat badan yang naik tidak sesuai dengan target karena anak sering sakit. Sakit mengakibatkan anak sulit mencapai target berat badan. Di sisi lain, berat badan yang kurang juga mengakibatkan anak sering sakit. Kedua hal tersebut bagaikan lingkaran setan, sehingga perlu diputus.”

                Proses anak yang normal menjadi stunting atau tubuh pendek tidak serta merta berjalan dalam waktu singkat. Terdapat proses yang sebenarnya panjang namun sering terabaikan. Kejadian stunting berawal dari kenaikan berat yang tidak sesuai dengan target yang direkomendasikan atau istilah populernya dikenal dengan ‘weight faltering’. Apabila dilihat dari grafik, maka akan tampak garis pertumbuhan berat badan berdasar usia yang melandai.

Strategi Keberhasilan Penerapan Cukai Minuman Berpemanis (SSBs)

Adanya kebijakan penerapan cukai minuman diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dengan penerapan cukai SSBs yang berhasil, beberapa manfaat yang diharapkan antara lain penurunan konsumen terhadap konsumsi SSBs, penurunan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas, penurunan permasalahan kesehatan (diabetes, jantung, stroke, kematian dini), serta peningkatan pendapatan pemerintah. Namun, sebelum mencapai keberhasilan tersebut, perlu beberapa strategi khusus yang harus dijalankan, diantaranya:

Dampak Covid