Author Archive

Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018 – 2024

Menurut Riskesdas 2018, prevalensi balita stunting (kerdil) mengalami penurunan dari 37,2% pada 2013 menjadi 30,8% pada 2018. Prevalensi bawah dua tahun (baduta) stunting (kerdil) juga mengalami penurunan. Namun demikian, tantangan percepatan penurunan stunting masih cukup besar. Beberapa kendala penyelenggaraan percepatan pencegahan stunting antara lain belum efektifnya program pencegahan stunting, belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif di semua tingkatan terkait dengan perencanaan dan penganggaran, penyelenggaraan dan pemantauan dan evaluasi, masih minimnya advokasi, kampanye dan diseminasi terkait dengan stunting dan berbagai upaya pencegahannya. Maka dari itu disusunlah suatu strategi nasional untuk percepatan pencegahan stunting.

Indonesia di Peringkat Dua Dunia sebagai Negara Pembuang Makanan Terbanyak

Ingatkah Anda ketika dimarahi oleh Ibu karena tidak menghabiskan makanan? Atau mungkin hal itu terjadi baru-baru ini saja?

Salah satu penjelasan umum yang Ibu berikan adalah Anda tidak menghargai makanan, sementara banyak orang di dunia sedang kelaparan.

Nasihat itu benar, tetapi hanya sebagian dari cerita yang sebenarnya. Seperti yang dipublikasikan dalam Journal of Sustainable Agriculture pada 2012, sebetulnya kita telah memproduksi cukup banyak makanan untuk 10 miliar orang, melebihi populasi dunia saat ini.

Bappenas: Kerugian Ekonomi Akibat Kurang Gizi Bisa Capai Rp 300 T

Jakarta – Pemerintah terus berupaya menekan angka stunting di Indonesia. Pasalnya, ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro, kekurangan zat gizi mikro di masyarakat bisa menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 0,7 hingga 2 persen Produk Domestik Bruto untuk negara berkembang.

Apabila mengambil persentase kerugian terbesar yaitu 2 persen dan besar PDB indonesia senilai Rp 15.000 triliun, maka Indonesia bisa kehilangan Rp 300 triliun akibat kekurangan gizi mikro.

Membumikan Gerakan Cegah Stunting

Jakarta – Tubuhnya pendek dan kurus. Pendiam. Wajahnya tampak lebih muda dari anak seusianya. Pertumbuhan dan perkembangannya melambat, tak seperti data pertumbuhan ekonomi yang terus melesat. Itulah potret anak stuntingyang dialami satu dari setiap tiga anak yang tersebar di seluruh daerah Indonesia.

Stunting bukan hanya persoalan kekurangan gizi kronis, tapi ini berkelindan dengan reproduksi kemiskinan yang terus terpelihara; dari stuntingmenciptakan problem neurologis, kemampuan intelektual yang rendah dan keterampilan yang minim sehingga berkontribusi pada mata rantai kemiskinan.

Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi

Reportase

Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi

Pada 6 Maret 2019, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK – KMK UGM bekerja sama dengan Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan RI mengadakan acara Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi dengan narasumber Prof. dr. Laksono Trisantoro, M.Sc, PhD, H. Ir. Herwin Yatim, MM selaku Bupati Kabupaten Banggai dan Kepala Dinas Kabupaten Banggai yaitu Dr. dr Anang S Otuluwa, M.Kes. Sejumlah orang mengikuti kegiatan ini dari luar UGM melalui webinar.

Pada sesi pengantar, Prof. Laksono menyatakan bahwa kita sudah memasuki era baru, era digital dimana suatu pertemuan tidak perlu lagi mempermasalahkan jarak. Melaluw teknologi internet khususnya Webinar, kita bisa melakukan tatap muka dengan orang dari belahan dunia manapun.  Prof. Laksono kemudian memaparkan materi mengenai pengelolaan pengetahuan dan masyarakat praktisi. Di lapangan ada sekelompok profesional yang menerapkan berbagai ilmu untuk meningkatkan kinerja lembaga, entah di level pemerintah maupun swasta. Pengelolaan pengetahuan adalah suatu proses untuk menangkap, mendistribusikan ilmu pengetahuan secara efektif. Ada pula istilah community of practice (CoP) atau disebut juga masyarakat praktisi yaitu sekelompok orang yang sepakat untuk melakukan proses pembelajaran bersama, melakukan kerja sama demi perbaikan di bidang tertentu. Masyarakat praktisi berinteraksi secara regular dan bekerja selama maslah di lapangan terus ada. Beberapa profesi yang dapat tergabung dalam CoP adalah wartawan, akademisi, dan pengambil kebijakan. Hasil dari CoP sendiri yaitu ilmu pengetahuan yang berkembang, penerapan ilmu di lapangan. Salah satu contoh hasil kerja adalah adanya menara ilmu dalam bentuk web contohnya adalah www.jpg-indonesia.net yang berfungsi untuk memfasilitasi teman-teman praktisi dan akademisi yang terkait pangan dan gizi.

Pada sesi kedua diisi oleh Bupati Banggai : Ir. H. Herwin Yatim, MM. Herwin memaparkan mengenai Kabupaten Banggai yang menjadi wilayah kerjanya. Kabupaten Banggai adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah berjarak 260 km dari Palu. Kabupaten Banggai terkenal dengan pertambangan gas alam dan cair. Namun, sayang sekali pertumbuhan anak – anak di Kabupaten Banggai sebagai generasi penerus jauh dari harapan. Angka stunting di Kabupaten Banggai menurut riset kesehatan daerah sebesar 35,6%. Angka ini cukup tinggi, sehingga bupati langsung meminta kepala dinas kesehatan untuk turun langsung menangani stunting. Menurut penuturan bupati, kepala dinas konsisten melakukan upaya penanganan stunting sejak 2015 yaitu dengan mencanangkan proses perbaikan gizi dengan program posyandu prakonsepsi. Posyandu prakonsepsi adalah pelayanan ibu baru menikah meliputi perbaikan gizi sebelum kehamilan terjadi. Tujuan dilakukan program ini adalah untuk meningkatkan status kesehatan calon ibu sehingga nantinya akan lahir generasi yang sehat dan cerdas dan terhindar dari stunting.

Program ini bekerja sama dengan kementrian agama, bidan desa dan puskesmas setempat. Semua pihak saling berkoordinasi untuk mewujudkan keberhasilan program posyandu prakonsepsi. Di samping pemberian tablet besi, dinas kesehatan mulai memberikan suplemen multi gizi mikro (MGM) karena ternyata berdasarkan penelitian berbasis bukti (evidence based), ibu hamil yang mengalami anemia tidak hanya kekurangan zat besi namun juga vitamin dan mineral lain. Bukti lain adalah suplemen MGM lebih efektif dalam menurunkan kejadian komplikasi kehamilan seperti keguguran. Pemerintah kabupaten juga melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Hassanudin (UNHASS) Makassar untuk meneliti tentang perbaikan gizi. Selain dengan perguruan tinggi negeri, Kabupaten Banggai juga bekerja sama dengan Non-Govermental Organization (NGO) yaitu Vitamin Angels dan dari Universitas Oxford untuk ikut serta membantu melakukan penelitian gizi di Kabupaten Banggai. Harapannya bekerja sama dengan berbagai pihak dapat membantu menurunkan angka stunting di Kabupaten Banggai.

Pada sesi ketiga diisi oleh kepala dinas kesehatan Kabupaten Banggai yaitu Dr. dr. Anang S Otuluwa, M.Kes. Anang memaparkan beberapa desa dengan lokus stunting di Kabupaten Banggai. Data-data mengenai stunting dari berbagai desa dielaborasi dan didapatkan pada usia 0 – 11 bulan paling rendah, padahal menurut teori usia ini paling rentan terjadi stunting. Hal ini kemungkinan merupakan keberhasilan dari program pra konsepsi. Kepala dinas terus berupaya untuk mengurangi angka stunting dengan perbaikan gizi yang berdasarkan bukti.

Pertanyaan dan Komentar :

  1. Program sudah baik, angka kematian ibu (AKI) sangat turun drastis. Namun mengapa pada tahun berikutnya ada kenaikan yang cukup drastis?
    • Kepala Dinas : Setelah dilakukan audit maternal perinatal, kematian yang terjadi pada ibu hamil bukan karena perdarahan, tapi kasus ibu hamil yang selama ini tidak terpantau kemudian muncul. Contoh kasusnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy). Pada ibu hamil yang tidak diinginkan, mereka tidak melakukan periksa rutin baik di bidan maupun puskesmas. Sehingga ketika ada masalah yang cukup serius baru dibawa ke puskesmas sudah dalam keadaan gawat dan berakhir meninggal di pukesmas. Inilah yang menyebabkan AKI meningkat.
  2. Ketika program itu dilaksanakan, apa kendala di masyarakat? Apa solusinya?
    • Kendala lebih ke adat dan kebiasaan di sana. Faktanya bidan dan kader masih baru, maka agak lama diterima masyarakat. Namun seiring waktu, ada bukti – bukti juga, maka masyarakat akan semakin merespon dan percaya kepada kader dan bidan. Terlebih, ibu hamil yang mengalami perdarahan ada intervensi oleh petugas dengan baik, maka ibu hamil lain melihat bukti ini dan akan mengikuti.
  3. Posyandu prakonsepsi apakah berbeda dengan posyandu balita lansia atau satu waktu? Apa tips dan trik agar masyarakat mau hadir di posyandu tersebut?
    • Beda posyandu prakonsepsi : caranya adalah merekrut calon pengantin dari KUA dan bekerjasama dengan KUA membekali dengan lembar balik kesehatan reproduksi dan gizi.
    • Tips dan triknya adalah mengajak bidan desa agar mau ikut membantu program ini. Selama ini masyarakat yang tidak mau rutin periksa adalah terkait kepercayaan. Namun perlahan-lahan dengan pendekatan yang rutin dan baik akan meningkatkan kunjungan posyandu prakonsepsi

Reporter: Avina Alawya (FK – KMK UGM)

Praktik Pemberian Makan Terhadap Kejadian Kurus Pada Anak Baduta (bawah dua tahun)

Kurus merupakan bentuk kurang gizi yang bersifat akut yang menyebabkan gangguan fungsi  imun tubuh sehingga memperparah dan memperpanjang lama sakit infeksi serta meningkatkan resiko kematian pada anak. Hingga saat ini belum dapat dipastikan faktor resiko penyebab kurus dikarenakan faktor resiko yang diduga menyebabkan kurus juga menjadi faktor resiko bagi bentuk malnutrisi pendek dan gizi kurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) merupakan faktor resiko kejadian kurus pada anak baduta di Yogyakarta.

  • Indonesia menempati posisi tertinggi kedua di Asia Tenggara dengan prevalensi anak balita kurus sebesar 11,9 persen. Kurus merupkakan malnutrisi akut yang meningkatkan resiko kematian hingga 11 kali lipat, hal ini dikarenakan mereka yang memiliki tubuh kurus rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit infeksi. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan praktek pemberian makan pada anak di Indonesia masih kurang baik. Hanya 18 – 45 persen anak yang diberi makan sesuai panduan WHO (World Health Organization). Hal ini juga dipengaruhi oleh masih sedikitnya peran tenaga kesehatan dalam memberikan contoh pemberian makan yang baik.
  • Metode penelitian ini adalah perpaduan kualitatif dan kuantitatif (kasus kontrol berpasangan) Pengambilan data dilakukan di 14 Puskesmas di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunung Kidul pada 2015. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah PMBA sedangkan variabel terikat adalah kurus pada anak baduta.
  • Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa ketidaksesuaian PMBA tidak meningkatkan risiko kurus pada anak baduta di Yogyakarta (OR=1,4; 95% CI: 0,62-3,36; p=0,523). Penelitian ini juga  menunjukkan praktik pemberian makan pada anak usia  6-23 bulan juga sudah baik (di atas 80%). Namun, lebih dari separuh responden penelitian mengalami defisiensi asupan energi. Hal ini dapat disebabkan karena responden sudah menerima berbagai macam makanan namun jumlahnya belum memenuhi. Selain itu banyak responden mengalami Infeksi Saluran Pernapaan Akut (ISPA).
  • Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan pada bayi dan anak dengan kurus pada baduta

Sumber: jurnal.ugm.ac.id

Cara Gampang Mengikuti Pola Makan Sehat Seimbang

Masih banyak dari kita yang tidak mengetahui maupun bingung bagaimana pola makan yang sehat dan seimbang serta memenuhi nutrisi yang bergizi. Masih banyak pula salah kaprah yang terjadi di masyarakat mengenai bagaimana pola makan bergizi seimbang. Berikut ini merupakan tips mudah mengikuti pola makan sehat seimbang.

SEMARANG, KOMPAS.com – Terkadang masih banyak dari kita yang bingung porsi makan seperti apa yang tepat dan memenuhi unsur nutrisi yang sehat dan seimbang.

Pakar Gizi dan Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD berbagi tipsnya kepada Kompas.com.

Penggunaan Evidence untuk Pengambilan Keputusan Gizi

Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI

Bekerjasama dengan

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM

menyelenggarakan

Webinar Best Practices: Penggunaan Evidence

 untuk Pengambilan Keputusan Gizi

Rabu, 6 Maret 2019

10.00 – 11.30 Wib

Auditorium Gedung Pascasarjana Tahir Foundation Lt.1 

 

 

 Pengantar

Dalam konteks desentralisasi kesehatan, program – program gizi bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat saja, melainkan juga pemerintah provinsi, kota, maupun kabupaten. Sehinggga perlu ada mekanisme untuk mengetahui best practice yang telah dilakukan hingga level kota maupun kabupaten. Dalam hal Knowledge Management, penyebaran informasi mengenai best practice dapat dilakukan secara jarak jauh karena teknologi informasi memungkinkan berbagai kegiatan Knowledge Management dilakukan sehingga mampu memotong jarak, biaya dan waktu dengan kualitas output yang cukup baik.

Untuk mendukung proses Knowledge Management, Jaringan Pangan dan Gizi menganggap knowledge menjadi sebuah aset sehingga dengan menggunakan konsep webinar yang merupakan salah satu solusi pada era digital saat ini untuk dapat menyebarkan informasi mengenai Best Practices terkait pengguna evidence untuk pengambilan keputusan Gizi di Kabupaten Luwuk. Hal ini memungkinkan orang yang memiliki keterbatasan waktu dan jarak dapat difasilitasi untuk dapat berdiskusi jarak jauh melalui teknologi webinar

 Tujuan 

Adapun tujuan dari webinar ini adalah agar Best Practices tentang Penggunaan Evidence untuk Pengambilan Keputusan Gizi di Kabupaten Banggai dapat disebarluaskan untuk peningkatan ilmu pengetahuan.

 Sasaran Peserta

  1. Anggota jejaring pangan dan Gizi
  2. Staf Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan
  3. Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
  4. Kepala Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan
  5. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan
  6. Gubernur, Bupati/Walikota, dan camat se-Indonesia
  7. Mahasiswa Gizi Kesehatan FK-KMK UGM
  8. Alumni S2 IKM FK – KMK UGM
  9. Dosen, Peneliti, dan Konsultan di bidang Gizi Masyarakat

 Hasil yang diharapkan

Peningkatan pengetahuan oleh semua peserta terkait praktik baik Penggunaan Evidence untuk Pengambilan Keputusan Gizi yang telah dilakukan oleh Kabupaten Banggai.

 Susunan Acara 

NO Waktu Kegiatan Pembicara
1 10.00 – 10.10 Wib

Pengantar Diskusi online

Materi Video

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD
2 10.10 – 11.00 Wib Best Practices tentang Penggunaan Evidence untuk Pengambilan Keputusan Gizi di Kabupaten Banggai

Materi Video

H. Ir. Herwin Yatim, MM. (Bupati Banggai, Kab. Banggai)
3 11.00 – 11.20 Wib Diskusi
4 11.20 – 11.30 Wib Kesimpulan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD

 

 

 Link Webinar

Link Webinar: https://attendee.gotowebinar.com/register/4796987110217134593

Webinar ID: 791-154-675

 Contact Person Kegiatan:

Maria Lelyana

Telp       0274-549425

HP/WA   08111019077

Email: lelyana.pkmk@gmail.com

Dinkes Kalsel Gelar Edukasi Sarapan Gizi Seimbang Tekan Jumlah Stunting Pada Anak di Kalsel

BANJARMASIN – Masih relatif tingginya fenomena stunting akibat kekurangan gizi pada anak menjadi salah satu fokus utama pada Peringatan Hari Gizi Nasional Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) ke 59, Minggu (10/2/2019).

Berbagai kegiatan edukasi dan sosialisasi untuk tekan rasio stunting di Banua juga dilakukan pada kegiatan yang difokuskan di Area Siring 0 KM Banjarmasin oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel.

Diantaranya demo memasak sarapan gizi seimbang oleh DPC Perkumpulan Chef Profesional Indonesia (PCPI) Kalsel, Chef Khusnuddin.

10 Persen Balita di Jakarta Barat Rentan Tiga Masalah Kesehatan Gizi

KEMBANGAN – Sebanyak 10 persen dari jumlah balita yang berada di Jakarta Barat diakui masih mengalami tiga masalah kesehatan.

Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Kota Jakarta Barat, Yunus Burhan menyebutkan, tiga masalah kesehatan tersebut ialah berkiatan dengan gizi.

“Di Jakarta Barat masih ada tiga masalah yang pertama itu ialah adanya anak-anak kita masih stunting, kemudian yang kedua kurus, kemudian yang ketiga yaitu obesitas atau kegemukan. Itu permasalahan yang memang sedang kita hadapi,” tutur Yunus dalam peringatan Hari Gizi Nasional ke-59 di Ruang MH Thamrin, Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Selasa (12/2/2019).

Dampak Covid