Reportase

Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi

Pada 6 Maret 2019, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK – KMK UGM bekerja sama dengan Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan RI mengadakan acara Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi dengan narasumber Prof. dr. Laksono Trisantoro, M.Sc, PhD, H. Ir. Herwin Yatim, MM selaku Bupati Kabupaten Banggai dan Kepala Dinas Kabupaten Banggai yaitu Dr. dr Anang S Otuluwa, M.Kes. Sejumlah orang mengikuti kegiatan ini dari luar UGM melalui webinar.

Pada sesi pengantar, Prof. Laksono menyatakan bahwa kita sudah memasuki era baru, era digital dimana suatu pertemuan tidak perlu lagi mempermasalahkan jarak. Melaluw teknologi internet khususnya Webinar, kita bisa melakukan tatap muka dengan orang dari belahan dunia manapun.  Prof. Laksono kemudian memaparkan materi mengenai pengelolaan pengetahuan dan masyarakat praktisi. Di lapangan ada sekelompok profesional yang menerapkan berbagai ilmu untuk meningkatkan kinerja lembaga, entah di level pemerintah maupun swasta. Pengelolaan pengetahuan adalah suatu proses untuk menangkap, mendistribusikan ilmu pengetahuan secara efektif. Ada pula istilah community of practice (CoP) atau disebut juga masyarakat praktisi yaitu sekelompok orang yang sepakat untuk melakukan proses pembelajaran bersama, melakukan kerja sama demi perbaikan di bidang tertentu. Masyarakat praktisi berinteraksi secara regular dan bekerja selama maslah di lapangan terus ada. Beberapa profesi yang dapat tergabung dalam CoP adalah wartawan, akademisi, dan pengambil kebijakan. Hasil dari CoP sendiri yaitu ilmu pengetahuan yang berkembang, penerapan ilmu di lapangan. Salah satu contoh hasil kerja adalah adanya menara ilmu dalam bentuk web contohnya adalah www.jpg-indonesia.net yang berfungsi untuk memfasilitasi teman-teman praktisi dan akademisi yang terkait pangan dan gizi.

Pada sesi kedua diisi oleh Bupati Banggai : Ir. H. Herwin Yatim, MM. Herwin memaparkan mengenai Kabupaten Banggai yang menjadi wilayah kerjanya. Kabupaten Banggai adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah berjarak 260 km dari Palu. Kabupaten Banggai terkenal dengan pertambangan gas alam dan cair. Namun, sayang sekali pertumbuhan anak – anak di Kabupaten Banggai sebagai generasi penerus jauh dari harapan. Angka stunting di Kabupaten Banggai menurut riset kesehatan daerah sebesar 35,6%. Angka ini cukup tinggi, sehingga bupati langsung meminta kepala dinas kesehatan untuk turun langsung menangani stunting. Menurut penuturan bupati, kepala dinas konsisten melakukan upaya penanganan stunting sejak 2015 yaitu dengan mencanangkan proses perbaikan gizi dengan program posyandu prakonsepsi. Posyandu prakonsepsi adalah pelayanan ibu baru menikah meliputi perbaikan gizi sebelum kehamilan terjadi. Tujuan dilakukan program ini adalah untuk meningkatkan status kesehatan calon ibu sehingga nantinya akan lahir generasi yang sehat dan cerdas dan terhindar dari stunting.

Program ini bekerja sama dengan kementrian agama, bidan desa dan puskesmas setempat. Semua pihak saling berkoordinasi untuk mewujudkan keberhasilan program posyandu prakonsepsi. Di samping pemberian tablet besi, dinas kesehatan mulai memberikan suplemen multi gizi mikro (MGM) karena ternyata berdasarkan penelitian berbasis bukti (evidence based), ibu hamil yang mengalami anemia tidak hanya kekurangan zat besi namun juga vitamin dan mineral lain. Bukti lain adalah suplemen MGM lebih efektif dalam menurunkan kejadian komplikasi kehamilan seperti keguguran. Pemerintah kabupaten juga melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Hassanudin (UNHASS) Makassar untuk meneliti tentang perbaikan gizi. Selain dengan perguruan tinggi negeri, Kabupaten Banggai juga bekerja sama dengan Non-Govermental Organization (NGO) yaitu Vitamin Angels dan dari Universitas Oxford untuk ikut serta membantu melakukan penelitian gizi di Kabupaten Banggai. Harapannya bekerja sama dengan berbagai pihak dapat membantu menurunkan angka stunting di Kabupaten Banggai.

Pada sesi ketiga diisi oleh kepala dinas kesehatan Kabupaten Banggai yaitu Dr. dr. Anang S Otuluwa, M.Kes. Anang memaparkan beberapa desa dengan lokus stunting di Kabupaten Banggai. Data-data mengenai stunting dari berbagai desa dielaborasi dan didapatkan pada usia 0 – 11 bulan paling rendah, padahal menurut teori usia ini paling rentan terjadi stunting. Hal ini kemungkinan merupakan keberhasilan dari program pra konsepsi. Kepala dinas terus berupaya untuk mengurangi angka stunting dengan perbaikan gizi yang berdasarkan bukti.

Pertanyaan dan Komentar :

  1. Program sudah baik, angka kematian ibu (AKI) sangat turun drastis. Namun mengapa pada tahun berikutnya ada kenaikan yang cukup drastis?
    • Kepala Dinas : Setelah dilakukan audit maternal perinatal, kematian yang terjadi pada ibu hamil bukan karena perdarahan, tapi kasus ibu hamil yang selama ini tidak terpantau kemudian muncul. Contoh kasusnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy). Pada ibu hamil yang tidak diinginkan, mereka tidak melakukan periksa rutin baik di bidan maupun puskesmas. Sehingga ketika ada masalah yang cukup serius baru dibawa ke puskesmas sudah dalam keadaan gawat dan berakhir meninggal di pukesmas. Inilah yang menyebabkan AKI meningkat.
  2. Ketika program itu dilaksanakan, apa kendala di masyarakat? Apa solusinya?
    • Kendala lebih ke adat dan kebiasaan di sana. Faktanya bidan dan kader masih baru, maka agak lama diterima masyarakat. Namun seiring waktu, ada bukti – bukti juga, maka masyarakat akan semakin merespon dan percaya kepada kader dan bidan. Terlebih, ibu hamil yang mengalami perdarahan ada intervensi oleh petugas dengan baik, maka ibu hamil lain melihat bukti ini dan akan mengikuti.
  3. Posyandu prakonsepsi apakah berbeda dengan posyandu balita lansia atau satu waktu? Apa tips dan trik agar masyarakat mau hadir di posyandu tersebut?
    • Beda posyandu prakonsepsi : caranya adalah merekrut calon pengantin dari KUA dan bekerjasama dengan KUA membekali dengan lembar balik kesehatan reproduksi dan gizi.
    • Tips dan triknya adalah mengajak bidan desa agar mau ikut membantu program ini. Selama ini masyarakat yang tidak mau rutin periksa adalah terkait kepercayaan. Namun perlahan-lahan dengan pendekatan yang rutin dan baik akan meningkatkan kunjungan posyandu prakonsepsi

Reporter: Avina Alawya (FK – KMK UGM)

Leave a comment

Dampak Covid