Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangkaperingatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
Belajar dari Negara dengan Street Food Terbaik bagi Diabetisi
Beberapa tahun terakhir ini, street food di Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai jenis makanan dapat ditemukan dengan mudah. Baik dari segi akses, maupun jenis makanan. Meningkatnya daya beli masyarakat menunjukkan kemampuan ekonomi yang lebih baik. Kemajuan teknologi, pengetahuan akses informasi juga menjadikan kreatifitas street food semakin berkembang. Namun, disisi lain perkembangan street food di Indonesia perlu kita telaah kembali. Jika kita amati, street food yang paling banyak diminati pembeli maupun penjual adalah makanan dan minuman yang rendah nilai gizi (tinggi gula, tinggi lemak jenuh, rendah serat, rendah vitamin dan mineral).
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Membicarakan mengenai gizi tidak sekedar membahas tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perhatian akan perjalanan makanan dari kebun hingga akhir juga penting untuk dipahami. Salah satu masalah pangan dan gizi yang masih ada di berbagai negara adalah ‘food loss’ dan ‘food waste’. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 memaparkan bahwa sampah terbanyak di Indonesia adalah sampah sisa makanan (food loss dan food waste), yaitu sebesar 29,1% dari total sampah.
Langkah paling penting dalam pengendalian angka kejadian diabetes adalah dengan upaya pencegahan sejak dini. Mengingat tingginya kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat , keluarga harus segera mengambil tindakan dalam upaya pembentukan pola hidup sehat. Apabila seseorang terbiasa pola hidup sehat sejak kecil, maka pola ini dapat terbawa hingga dewasa. Orang tua merupakan pihak yang paling berkontribusi dalam pencegahan diabetes tipe-2.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Membicarakan mengenai gizi tidak sekedar membahas tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perhatian akan perjalanan makanan dari kebun hingga akhir juga penting untuk dipahami. Salah satu masalah pangan dan gizi yang masih ada di berbagai negara adalah ‘food loss’ dan ‘food waste’. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 memaparkan bahwa sampah terbanyak di Indonesia adalah sampah sisa makanan (food loss dan food waste), yaitu sebesar 29,1% dari total sampah.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kecil (keluarga) sering terabaikan terkait manajemen bahan makanan yang ada di rumah. Tidak jarang dalam lingkungan rumah sering terjadi pembuangan bahan makanan yang masih mentah. Sampah bahan pangan seperti buah, sayur dan bahan makanan yang masih mentah lainnya yang terbuang begitu saja disebut sebagai ‘food loss’. Dalam lingkungan yang lebih besar, food loss juga mungkin terjadi mulai tahapan sebelum panen, setelah panen, saat penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Program pemberian PMT pada balita memerlukan inovasi yang lebih baik agar target penurunan angka malnutrisi balita tercapai lebih baik. Program pemberian PMT biskuit perlu segera diganti dengan program lain dengan mempertimbangkan evaluasi-evaluasi program yang telah banyak dilakukan. Beberapa program inovasi yang bisa dijadikan inspirasi dari beberapa daerah diantaranya:
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Biskuit pada Balita
Program pemberian makanan tambahan (PMT) berupa biskuit bagi balita di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2007, atau kurang lebih 16 tahun. Selama program ini berjalan, banyak peneliti yang melakukan riset terkait evaluasi program PMT biskuit yang diberikan pemerintah sebagai bahan evaluasi. Beberapa evaluasi dari program PMT biskuit antara lain:
Program Pemberian Biskuit Makanan Tambahan bagi Balita Indonesia
Bulan lalu sempat hangat diskusi terkait pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi. Presiden secara eksplisit menyatakan ketidaksetujuannya pada program PMT biskuit bagi balita Indonesia. Pada artikel ini kami akan menjabarkan sistem pemberian biskuit makanan tambahan dari pemerintah bagi balita yang selama beberapa tahun ini berjalan.
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Membicarakan mengenai gizi tidak sekedar membahas tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perhatian akan perjalanan makanan dari kebun hingga akhir juga penting untuk dipahami. Salah satu masalah pangan dan gizi yang masih ada di berbagai negara adalah ‘food loss’ dan ‘food waste’. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 memaparkan bahwa sampah terbanyak di Indonesia adalah sampah sisa makanan (food loss dan food waste), yaitu sebesar 29,1% dari total sampah.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kecil (keluarga) sering terabaikan terkait manajemen bahan makanan yang ada di rumah. Tidak jarang dalam lingkungan rumah sering terjadi pembuangan bahan makanan yang masih mentah. Sampah bahan pangan seperti buah, sayur dan bahan makanan yang masih mentah lainnya yang terbuang begitu saja disebut sebagai ‘food loss’. Dalam lingkungan yang lebih besar, food loss juga mungkin terjadi mulai tahapan sebelum panen, setelah panen, saat penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Memanfaatkan Potensi Rumah untuk Pemenuhan Gizi Keluarga
Di tengah naiknya berbagai harga kebutuhan pokok sehari-hari, kondisi ini tentu menuntut keluarga untuk lebih kreatif agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Kabar baiknya, tren bertanam mulai berkembang di masyarakat. Pemanfaatan pekarangan rumah ini juga dapat memacu gerakan diversifikasi pangan. Dalam jangka panjang, diversifikasi pangan juga merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan stunting karena memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Melihat angka kenaikan diabetes pada anak di Indonesia sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun, pemerintah maupun orang tua perlu lebih waspada pada kondisi kesehatan anak. Dari tingkat pemerintah selaku pemegang kekebijakan, deteksi dini diabetes pada anak perlu segera dilakukan secara lebih luas di lebih banyak daerah. Harapannya, semakin awal terdeteksi penanganan dapat segera dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga resikonya lebih rendah.
Beberapa hari terakhir, isu ketahanan pangan kembali bergulir. FAO memproyeksikan terjadi kerawanan pangan akut global di tahun 2023. Meskipun pandemi sudah mulai terkendali, namun ada dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta resiko resesi global di tahun 2023. Harga pangan global mengalami kenaikan karena perubahan iklim, dampak perang, serta perang ekspor yang mempengaruhi pasokan supply dan demand pasar global. Buruknya ketahanan pangan ada kaitannya dengan peningkatan kejadian baru penyakit diabetes tipe-2 dan mempengaruhi bagaimana diabetisi dalam mengontrol kesehatannya. Kita tahu bahwa angka diabetes terus meningkat, pada dewasa maupun anak.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Membicarakan mengenai gizi tidak sekedar membahas tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perhatian akan perjalanan makanan dari kebun hingga akhir juga penting untuk dipahami. Salah satu masalah pangan dan gizi yang masih ada di berbagai negara adalah ‘food loss’ dan ‘food waste’. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 memaparkan bahwa sampah terbanyak di Indonesia adalah sampah sisa makanan (food loss dan food waste), yaitu sebesar 29,1% dari total sampah.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kecil (keluarga) sering terabaikan terkait manajemen bahan makanan yang ada di rumah. Tidak jarang dalam lingkungan rumah sering terjadi pembuangan bahan makanan yang masih mentah. Sampah bahan pangan seperti buah, sayur dan bahan makanan yang masih mentah lainnya yang terbuang begitu saja disebut sebagai ‘food loss’. Dalam lingkungan yang lebih besar, food loss juga mungkin terjadi mulai tahapan sebelum panen, setelah panen, saat penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Memanfaatkan Potensi Rumah untuk Pemenuhan Gizi Keluarga
Di tengah naiknya berbagai harga kebutuhan pokok sehari-hari, kondisi ini tentu menuntut keluarga untuk lebih kreatif agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Kabar baiknya, tren bertanam mulai berkembang di masyarakat. Pemanfaatan pekarangan rumah ini juga dapat memacu gerakan diversifikasi pangan. Dalam jangka panjang, diversifikasi pangan juga merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan stunting karena memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Dalam skala kecil yaitu rumah tangga, kenaikan BBM tentu berpengaruh ke pembelanjaan bahan makanan sehari-hari. Hal ini sangat terasa terutama bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah. Agar keluarga tetap sehat, penting bagi keluarga agar lebih bijak dalam mengelola keuangan agar kebutuhan akan kesehatan terpenuhi. Kebutuhan terkait kesehatan keluarga yang esensial untuk dipenuhi adalah makanan bergizi.
Bulan ini kenaikan harga BBM menjadi isu yang paling besar di Indonesia. Perekonomian yang sedang mulai membaik setelah pandemi yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadikan kondisi ini semakin sulit bagi masyarakat. Kejadian kenaikan harga BBM memberikan dampak pada banyak sektor, diantaranya meluasnya masalah kemiskinan, memicu konflik, memperparah masalah pengangguran, kenaikan harga barang lain, biaya transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi ini, kenaikan kebutuhan sehari-hari memberikan potensi pada penurunan daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi.
Bulan lalu kita merayakan hari anak nasional. Dengan adanya hari anak nasional diharapkan partisipasi seluruh komponen bangsa serta daya ungkit program pemerintah dalam menjamin pemenuhan hak anak menjadi lebih baik. Anak merupakan investasi di masa depan bagi negara, karena kedepan ditangan mereka negara ini akan dikelola. Kualitas anak yang baik menggambarkan kualitas negara yang lebih baik.
70 KALI LIPAT ANGKA KENAIKAN DIABETES PADA ANAK INDONESIA
Isu kesehatan anak semakin luas, terlebih di Indonesia. Beberapa saat ini sedang ramai diangkat terkait jumlah kenaikan anak yang mengalami diabetes di Indonesia. Masalah diabetes yang sebelumnya menjadi isu di kalangan dewasa dan lansia kini juga terjadi pada anak. Pernyataan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait kenaikan jumlah kasus diabetes sebanyak 70 kali lipat dalam kurun waktu 13 tahun menjadi keprihatinan bersama. Dari tahun 2010 hingga 2023 bukanlah waktu yang panjang. Menurut Muhammaf Faizi (Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI), data sebenarnya mungkin lebih banyak karena ada yang belum terdeteksi. Data angka diabetes pada anak ini diperoleh di 13 kota di Indonesia.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Membicarakan mengenai gizi tidak sekedar membahas tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perhatian akan perjalanan makanan dari kebun hingga akhir juga penting untuk dipahami. Salah satu masalah pangan dan gizi yang masih ada di berbagai negara adalah ‘food loss’ dan ‘food waste’. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 memaparkan bahwa sampah terbanyak di Indonesia adalah sampah sisa makanan (food loss dan food waste), yaitu sebesar 29,1% dari total sampah.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kecil (keluarga) sering terabaikan terkait manajemen bahan makanan yang ada di rumah. Tidak jarang dalam lingkungan rumah sering terjadi pembuangan bahan makanan yang masih mentah. Sampah bahan pangan seperti buah, sayur dan bahan makanan yang masih mentah lainnya yang terbuang begitu saja disebut sebagai ‘food loss’. Dalam lingkungan yang lebih besar, food loss juga mungkin terjadi mulai tahapan sebelum panen, setelah panen, saat penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Memanfaatkan Potensi Rumah untuk Pemenuhan Gizi Keluarga
Di tengah naiknya berbagai harga kebutuhan pokok sehari-hari, kondisi ini tentu menuntut keluarga untuk lebih kreatif agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Kabar baiknya, tren bertanam mulai berkembang di masyarakat. Pemanfaatan pekarangan rumah ini juga dapat memacu gerakan diversifikasi pangan. Dalam jangka panjang, diversifikasi pangan juga merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan stunting karena memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Dalam skala kecil yaitu rumah tangga, kenaikan BBM tentu berpengaruh ke pembelanjaan bahan makanan sehari-hari. Hal ini sangat terasa terutama bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah. Agar keluarga tetap sehat, penting bagi keluarga agar lebih bijak dalam mengelola keuangan agar kebutuhan akan kesehatan terpenuhi. Kebutuhan terkait kesehatan keluarga yang esensial untuk dipenuhi adalah makanan bergizi.
Bulan ini kenaikan harga BBM menjadi isu yang paling besar di Indonesia. Perekonomian yang sedang mulai membaik setelah pandemi yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadikan kondisi ini semakin sulit bagi masyarakat. Kejadian kenaikan harga BBM memberikan dampak pada banyak sektor, diantaranya meluasnya masalah kemiskinan, memicu konflik, memperparah masalah pengangguran, kenaikan harga barang lain, biaya transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi ini, kenaikan kebutuhan sehari-hari memberikan potensi pada penurunan daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi.
Bulan lalu kita merayakan hari anak nasional. Dengan adanya hari anak nasional diharapkan partisipasi seluruh komponen bangsa serta daya ungkit program pemerintah dalam menjamin pemenuhan hak anak menjadi lebih baik. Anak merupakan investasi di masa depan bagi negara, karena kedepan ditangan mereka negara ini akan dikelola. Kualitas anak yang baik menggambarkan kualitas negara yang lebih baik.
Pembelajaran Tatap Muka: Perhatian Lebih untuk Gizi Anak
Sekolah secara tatap muka sudah mulai kembali berjalan. Anak-anak yang sebelumnya melakukan kegiatan secara menyeluruh di rumah, saat ini sudah beralih di sekolah. Di rumah maupun di sekolah, keduanya memiliki tantangannya masing-masing. Saat anak di sekolah, itu berarti sekitar 30% waktunya dihabiskan di sekolah. Apabila dikurangi dengan waktu tidur, maka kurang lebih 50% waktunya dihabiskan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa peluang anak untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah lebih tinggi. Dari kondisi ini, penting sekali untuk orang tua, sekolah maupun pemangku kebijakan dalam memikirkan strategi pemenuhan gizi anak saat sekolah.
Stunting merupakan permasalahan serius yang memerlukan solusi segera karena mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa depan, yang berarti mempengaruhi kemajuan negara. Data survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 meunjukkan angka stunting di Indonesia masih diangka 24,4% atau 5,33 juta balita. Angka ini sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya tahun 2019 sebesar 27,67%. Sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Meski sudah mengalami penurunan, angka stunting di Indonesia masih termasuk kategori tinggi. Presiden menargetkan angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2024 menjadi 14%. Bagaimanakah penanggulangan stunting di lapangan?
Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Membicarakan mengenai gizi tidak sekedar membahas tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perhatian akan perjalanan makanan dari kebun hingga akhir juga penting untuk dipahami. Salah satu masalah pangan dan gizi yang masih ada di berbagai negara adalah ‘food loss’ dan ‘food waste’. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 memaparkan bahwa sampah terbanyak di Indonesia adalah sampah sisa makanan (food loss dan food waste), yaitu sebesar 29,1% dari total sampah.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kecil (keluarga) sering terabaikan terkait manajemen bahan makanan yang ada di rumah. Tidak jarang dalam lingkungan rumah sering terjadi pembuangan bahan makanan yang masih mentah. Sampah bahan pangan seperti buah, sayur dan bahan makanan yang masih mentah lainnya yang terbuang begitu saja disebut sebagai ‘food loss’. Dalam lingkungan yang lebih besar, food loss juga mungkin terjadi mulai tahapan sebelum panen, setelah panen, saat penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Memanfaatkan Potensi Rumah untuk Pemenuhan Gizi Keluarga
Di tengah naiknya berbagai harga kebutuhan pokok sehari-hari, kondisi ini tentu menuntut keluarga untuk lebih kreatif agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Kabar baiknya, tren bertanam mulai berkembang di masyarakat. Pemanfaatan pekarangan rumah ini juga dapat memacu gerakan diversifikasi pangan. Dalam jangka panjang, diversifikasi pangan juga merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan stunting karena memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Dalam skala kecil yaitu rumah tangga, kenaikan BBM tentu berpengaruh ke pembelanjaan bahan makanan sehari-hari. Hal ini sangat terasa terutama bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah. Agar keluarga tetap sehat, penting bagi keluarga agar lebih bijak dalam mengelola keuangan agar kebutuhan akan kesehatan terpenuhi. Kebutuhan terkait kesehatan keluarga yang esensial untuk dipenuhi adalah makanan bergizi.
Bulan ini kenaikan harga BBM menjadi isu yang paling besar di Indonesia. Perekonomian yang sedang mulai membaik setelah pandemi yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadikan kondisi ini semakin sulit bagi masyarakat. Kejadian kenaikan harga BBM memberikan dampak pada banyak sektor, diantaranya meluasnya masalah kemiskinan, memicu konflik, memperparah masalah pengangguran, kenaikan harga barang lain, biaya transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi ini, kenaikan kebutuhan sehari-hari memberikan potensi pada penurunan daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi.
Bulan lalu kita merayakan hari anak nasional. Dengan adanya hari anak nasional diharapkan partisipasi seluruh komponen bangsa serta daya ungkit program pemerintah dalam menjamin pemenuhan hak anak menjadi lebih baik. Anak merupakan investasi di masa depan bagi negara, karena kedepan ditangan mereka negara ini akan dikelola. Kualitas anak yang baik menggambarkan kualitas negara yang lebih baik.
Pembelajaran Tatap Muka: Perhatian Lebih untuk Gizi Anak
Sekolah secara tatap muka sudah mulai kembali berjalan. Anak-anak yang sebelumnya melakukan kegiatan secara menyeluruh di rumah, saat ini sudah beralih di sekolah. Di rumah maupun di sekolah, keduanya memiliki tantangannya masing-masing. Saat anak di sekolah, itu berarti sekitar 30% waktunya dihabiskan di sekolah. Apabila dikurangi dengan waktu tidur, maka kurang lebih 50% waktunya dihabiskan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa peluang anak untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah lebih tinggi. Dari kondisi ini, penting sekali untuk orang tua, sekolah maupun pemangku kebijakan dalam memikirkan strategi pemenuhan gizi anak saat sekolah.
Kenaikan harga minyak goreng yang sangat drastis menjadi isu populer beberapa bulan terakhir di tanah air. Sebagai warga masyarakat, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan lebih bijak dalam menggunakannya. Bagi kalangan industri, kenaikan harga minyak goreng tentu menjadi tantangan besar karena memberikan efek yang besar pada jalannya perekonomian. Namun, bagi sektor keluarga hal ini dapat disiasati dengan melakukan beberapa upaya mengontrol penggunaannya. Kenaikan harga minyak ini juga dapat menjadi peluang sarana edukasi untuk lebih bijak dalam menggunakan minyak goreng.
Secular Trend untuk Penilaian Kualitas Sumber Daya Manusia
Pada Webinar Public Health Nutrition minggu lalu, ahli senior di bidang gizi kesehatan masyarakat (Ibu Atmarita, Dr.PH) membahas tentang hal yang cukup menarik, yaitu secular trends. Secular trends merupakan tren jangka panjang dengan melakukan pemantauan tingkat pertumbuhan fisik (tinggi badan). Pemantauan pertumbuhan fisik dapat dievaluasi dengan melihat capaian tinggi badan pada anak (saat dewasa) dibandingkan dengan orang tuanya.
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Membicarakan mengenai gizi tidak sekedar membahas tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perhatian akan perjalanan makanan dari kebun hingga akhir juga penting untuk dipahami. Salah satu masalah pangan dan gizi yang masih ada di berbagai negara adalah ‘food loss’ dan ‘food waste’. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 memaparkan bahwa sampah terbanyak di Indonesia adalah sampah sisa makanan (food loss dan food waste), yaitu sebesar 29,1% dari total sampah.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kecil (keluarga) sering terabaikan terkait manajemen bahan makanan yang ada di rumah. Tidak jarang dalam lingkungan rumah sering terjadi pembuangan bahan makanan yang masih mentah. Sampah bahan pangan seperti buah, sayur dan bahan makanan yang masih mentah lainnya yang terbuang begitu saja disebut sebagai ‘food loss’. Dalam lingkungan yang lebih besar, food loss juga mungkin terjadi mulai tahapan sebelum panen, setelah panen, saat penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Memanfaatkan Potensi Rumah untuk Pemenuhan Gizi Keluarga
Di tengah naiknya berbagai harga kebutuhan pokok sehari-hari, kondisi ini tentu menuntut keluarga untuk lebih kreatif agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Kabar baiknya, tren bertanam mulai berkembang di masyarakat. Pemanfaatan pekarangan rumah ini juga dapat memacu gerakan diversifikasi pangan. Dalam jangka panjang, diversifikasi pangan juga merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan stunting karena memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Dalam skala kecil yaitu rumah tangga, kenaikan BBM tentu berpengaruh ke pembelanjaan bahan makanan sehari-hari. Hal ini sangat terasa terutama bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah. Agar keluarga tetap sehat, penting bagi keluarga agar lebih bijak dalam mengelola keuangan agar kebutuhan akan kesehatan terpenuhi. Kebutuhan terkait kesehatan keluarga yang esensial untuk dipenuhi adalah makanan bergizi.
Bulan ini kenaikan harga BBM menjadi isu yang paling besar di Indonesia. Perekonomian yang sedang mulai membaik setelah pandemi yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadikan kondisi ini semakin sulit bagi masyarakat. Kejadian kenaikan harga BBM memberikan dampak pada banyak sektor, diantaranya meluasnya masalah kemiskinan, memicu konflik, memperparah masalah pengangguran, kenaikan harga barang lain, biaya transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi ini, kenaikan kebutuhan sehari-hari memberikan potensi pada penurunan daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi.
Bulan lalu kita merayakan hari anak nasional. Dengan adanya hari anak nasional diharapkan partisipasi seluruh komponen bangsa serta daya ungkit program pemerintah dalam menjamin pemenuhan hak anak menjadi lebih baik. Anak merupakan investasi di masa depan bagi negara, karena kedepan ditangan mereka negara ini akan dikelola. Kualitas anak yang baik menggambarkan kualitas negara yang lebih baik.
Pembelajaran Tatap Muka: Perhatian Lebih untuk Gizi Anak
Sekolah secara tatap muka sudah mulai kembali berjalan. Anak-anak yang sebelumnya melakukan kegiatan secara menyeluruh di rumah, saat ini sudah beralih di sekolah. Di rumah maupun di sekolah, keduanya memiliki tantangannya masing-masing. Saat anak di sekolah, itu berarti sekitar 30% waktunya dihabiskan di sekolah. Apabila dikurangi dengan waktu tidur, maka kurang lebih 50% waktunya dihabiskan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa peluang anak untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah lebih tinggi. Dari kondisi ini, penting sekali untuk orang tua, sekolah maupun pemangku kebijakan dalam memikirkan strategi pemenuhan gizi anak saat sekolah.
Kenaikan harga minyak goreng yang sangat drastis menjadi isu populer beberapa bulan terakhir di tanah air. Sebagai warga masyarakat, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan lebih bijak dalam menggunakannya. Bagi kalangan industri, kenaikan harga minyak goreng tentu menjadi tantangan besar karena memberikan efek yang besar pada jalannya perekonomian. Namun, bagi sektor keluarga hal ini dapat disiasati dengan melakukan beberapa upaya mengontrol penggunaannya. Kenaikan harga minyak ini juga dapat menjadi peluang sarana edukasi untuk lebih bijak dalam menggunakan minyak goreng.
Dukungan Pemberian ASI Menentukan Masa Depan Bangsa
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi yang paling sempurna kandungan gizinya. Selain mempengaruhi sstatus gizi anak saat ini, ASI juga mempengaruhi status gizi jangka panjang karena berkaitan dengan kejadian stunting. Pemerintah semakin menggencarkan kampanye penanggulangan stunting, salah satunya dengan meningkatkan perhatian akan pemberian ASI.
Ramadan memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan bulan lain dilihat dari keanekaragaman makanan. Pola makan masyarakat banyak mengalami perubahan pada bulan ini. Makan utama yang awalnya tiga kali berubah menjadi dua kali, waktu makan yang berbeda, jenis makanan yang dikonsumsi pun berbeda dibandingkan bulan lainnya. Hal ini menarik untuk dilihat dari sudut pandang ilmu gizi. Dari segi kesehatan personal, sudah banyak riset yang menunjukkan manfaat puasa bagi kesehatan. Lalu bagaimana puasa ramadan apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas?
Upaya Pertahankan Ketahanan Pangan dari Tingkat Keluarga
Isu resesi tahun 2023 memunculkan kecemasan bagi banyak orang. Resesi memberikan pengaruh besar pada semua bidang, salahsatunya bidang pangan. Mari kita ingat kembali empat pilar ketahanan pangan, yaitu (1) Ketersediaan pangan, (2) Cadangan pangan, (3) Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, serta (5) Pencegahan dan penanggulangan rawan pangan. Ketahanan pangan yang buruk akan memberikan resiko yang buruk juga pada kondisi kesehatan masyarakat karena kurangnya pemenuhan gizi.
“The Golden Period of Child Growth and Development: Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’
Pada tanggal 27 Desember 2022 lalu, Minat Gizi dan Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM mengadakan webinar mata kuliah Public Health Nutrition dengan tema ‘The Golden Period of Child Growth and Development Optimizing The Nutritional Status of Indonesia Children’. Pembicara dalam webinar ini yaitu Ibu Dr. dr. Neti Nurani, M.Kes., Sp.A(K) yang merupakan dokter spesialis anak dengan bidang keahlian nutrisi dan metabolik (NPM) dan Ibu Atmarita, MPH, Dr.PH selaku peneliti senior bidang gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Webinar dimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D selaku dosen di Departemen BEPH, FKKMK UGM.
Membicarakan mengenai gizi tidak sekedar membahas tentang makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perhatian akan perjalanan makanan dari kebun hingga akhir juga penting untuk dipahami. Salah satu masalah pangan dan gizi yang masih ada di berbagai negara adalah ‘food loss’ dan ‘food waste’. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 memaparkan bahwa sampah terbanyak di Indonesia adalah sampah sisa makanan (food loss dan food waste), yaitu sebesar 29,1% dari total sampah.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kecil (keluarga) sering terabaikan terkait manajemen bahan makanan yang ada di rumah. Tidak jarang dalam lingkungan rumah sering terjadi pembuangan bahan makanan yang masih mentah. Sampah bahan pangan seperti buah, sayur dan bahan makanan yang masih mentah lainnya yang terbuang begitu saja disebut sebagai ‘food loss’. Dalam lingkungan yang lebih besar, food loss juga mungkin terjadi mulai tahapan sebelum panen, setelah panen, saat penyimpanan, pengemasan dan distribusi.
Memanfaatkan Potensi Rumah untuk Pemenuhan Gizi Keluarga
Di tengah naiknya berbagai harga kebutuhan pokok sehari-hari, kondisi ini tentu menuntut keluarga untuk lebih kreatif agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Kabar baiknya, tren bertanam mulai berkembang di masyarakat. Pemanfaatan pekarangan rumah ini juga dapat memacu gerakan diversifikasi pangan. Dalam jangka panjang, diversifikasi pangan juga merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan stunting karena memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Dalam skala kecil yaitu rumah tangga, kenaikan BBM tentu berpengaruh ke pembelanjaan bahan makanan sehari-hari. Hal ini sangat terasa terutama bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah. Agar keluarga tetap sehat, penting bagi keluarga agar lebih bijak dalam mengelola keuangan agar kebutuhan akan kesehatan terpenuhi. Kebutuhan terkait kesehatan keluarga yang esensial untuk dipenuhi adalah makanan bergizi.
Bulan ini kenaikan harga BBM menjadi isu yang paling besar di Indonesia. Perekonomian yang sedang mulai membaik setelah pandemi yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadikan kondisi ini semakin sulit bagi masyarakat. Kejadian kenaikan harga BBM memberikan dampak pada banyak sektor, diantaranya meluasnya masalah kemiskinan, memicu konflik, memperparah masalah pengangguran, kenaikan harga barang lain, biaya transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi ini, kenaikan kebutuhan sehari-hari memberikan potensi pada penurunan daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi.
Bulan lalu kita merayakan hari anak nasional. Dengan adanya hari anak nasional diharapkan partisipasi seluruh komponen bangsa serta daya ungkit program pemerintah dalam menjamin pemenuhan hak anak menjadi lebih baik. Anak merupakan investasi di masa depan bagi negara, karena kedepan ditangan mereka negara ini akan dikelola. Kualitas anak yang baik menggambarkan kualitas negara yang lebih baik.
Pembelajaran Tatap Muka: Perhatian Lebih untuk Gizi Anak
Sekolah secara tatap muka sudah mulai kembali berjalan. Anak-anak yang sebelumnya melakukan kegiatan secara menyeluruh di rumah, saat ini sudah beralih di sekolah. Di rumah maupun di sekolah, keduanya memiliki tantangannya masing-masing. Saat anak di sekolah, itu berarti sekitar 30% waktunya dihabiskan di sekolah. Apabila dikurangi dengan waktu tidur, maka kurang lebih 50% waktunya dihabiskan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa peluang anak untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah lebih tinggi. Dari kondisi ini, penting sekali untuk orang tua, sekolah maupun pemangku kebijakan dalam memikirkan strategi pemenuhan gizi anak saat sekolah.
Kenaikan harga minyak goreng yang sangat drastis menjadi isu populer beberapa bulan terakhir di tanah air. Sebagai warga masyarakat, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan lebih bijak dalam menggunakannya. Bagi kalangan industri, kenaikan harga minyak goreng tentu menjadi tantangan besar karena memberikan efek yang besar pada jalannya perekonomian. Namun, bagi sektor keluarga hal ini dapat disiasati dengan melakukan beberapa upaya mengontrol penggunaannya. Kenaikan harga minyak ini juga dapat menjadi peluang sarana edukasi untuk lebih bijak dalam menggunakan minyak goreng.
Dukungan Pemberian ASI Menentukan Masa Depan Bangsa
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi yang paling sempurna kandungan gizinya. Selain mempengaruhi sstatus gizi anak saat ini, ASI juga mempengaruhi status gizi jangka panjang karena berkaitan dengan kejadian stunting. Pemerintah semakin menggencarkan kampanye penanggulangan stunting, salah satunya dengan meningkatkan perhatian akan pemberian ASI.
Ramadan memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan bulan lain dilihat dari keanekaragaman makanan. Pola makan masyarakat banyak mengalami perubahan pada bulan ini. Makan utama yang awalnya tiga kali berubah menjadi dua kali, waktu makan yang berbeda, jenis makanan yang dikonsumsi pun berbeda dibandingkan bulan lainnya. Hal ini menarik untuk dilihat dari sudut pandang ilmu gizi. Dari segi kesehatan personal, sudah banyak riset yang menunjukkan manfaat puasa bagi kesehatan. Lalu bagaimana puasa ramadan apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas?
Setiap tahap perkembangan anak memiliki kebutuhan gizi yang berbeda. Sejak anak dalam kandungan hingga usia remaja, resiko malnutrisi anak selalu muncul. Salah satu tahapan usia yang cukup krusial namun kadang masih terabaikan adalah usia sekolah. Ketika anak mulai memasuki usia sekolah dasar, kebiasaan makan mulai berkembang. Keluarga, sekolah, lingkungan berpengaruh terhadap ketersediaan makan dan pilihan makanan. Namun, anak mulai bertanggung jawab atas makanan mereka sendiri.