Jakarta – Beberapa waktu lalu, dua hari berturut-turut sebuah koran ternama Tanah Air mengulas data perihal gizi buruk yang menimpa anak Indonesia Timur. Dalam koran itu dijelaskan bahwa status gizi anak balita di wilayah timur memasuki tahap mengkhawatirkan. Wilayah yang paling tinggi terjangkit malnutrisi adalah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Anak balita berstatus gizi buruk di NTT pada 2018 mencapai 29,5 persen. Secara nasional angka ini lebih tinggi dibandingkan wilayah Maluku dan Papua Barat. Bukan berarti kedua wilayah itu lebih baik, melainkan banyak kasus gizi buruk banyak tak terlaporkan.
Jakarta – Presiden RI, Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa Jokowimengatakan sumber daya manusia yang baik merupakan prasyarat utama agar Indonesia bisa keluar dari negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju.
“Inilah mengapa diperlukan kesehatan. Kesehatan sangat basic sekali, jangan sampai bicara kompetisi tapi kita memiliki stunting,” ujarnya dalam acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional di ICE BSD, Tangerang Selatan, Selasa (12/2/2019).
Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi
Pada 6 Maret 2019, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK – KMK UGM bekerja sama dengan Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan RI mengadakan acara Webinar Best Practices : Penggunaan Evidence Based untuk Pengambilan Keputusan Gizi dengan narasumber Prof. dr. Laksono Trisantoro, M.Sc, PhD, H. Ir. Herwin Yatim, MM selaku Bupati Kabupaten Banggai dan Kepala Dinas Kabupaten Banggai yaitu Dr. dr Anang S Otuluwa, M.Kes. Sejumlah orang mengikuti kegiatan ini dari luar UGM melalui webinar.
“Penguatan dan Diseminasi Pangan Fungsional untuk Kesehatan Masyarakat”
P3FNI (Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia) bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Mini Simposium dengan tajuk “Penguatan dan Diseminasi Pangan Fungsional untuk Kesehatan Masyarakat”. Acara ini berlangsung pada Kamis, 17 Januari 2019. Berbagai materi presentasi dari kegiatan tersebut dapat diakses pada link berikut
ALAT EFEKTIF UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ANEMIA GIZI
Anemia sebagai permasalahan kesehatan masyarakat merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normalnya, yang dapat mempengaruhi kira-kira sepertiga populasi dunia, dan lebih dari 800 juta diantaranya adalah wanita dan anak-anak. Anemia dapat dikaitkan dengan hasil perkembangan kognitif dan motorik yang buruk pada anak-anak, dapat menyebabkan kelelahan dan produktivitas rendah. Jika terjadi pada kehamilan, maka dapat dikaitkan dengan buruknya hasil kelahiran (termasuk berat lahir rendah dan prematur) serta kematian pada ibu dan perinatal.
Berikut dokumen yang dapat bapak/ibu gunakan dalam membuat perancangan dan implementasi strategi berbasis nutrisi yang komprehensif untuk memerangi anemia gizi. Dokumen ini bisa menjadi alat yang efektif untuk pencegahan dan pengendalian anemia, agar dapat membuat keputusan berdasarkan informasi tentang tindakan nutrisi yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan anemia gizi. Hal-hal terkait saran, langkah, dan tindakan yang diusulkan untuk dapat dilaksanakan oleh petugas, termasuk pembuat kebijakan, ekonom dan staf teknis dan bahkan sampai pada level program di kementerian dan organisasi yang terlibat dalam desain, implementasi dan peningkatan tindakan kesehatan masyarakat terkait gizi.
Selain itu, dokumen ini menyajikan aspek-aspek kunci yang harus dipertimbangkan ketika implementasi program untuk deteksi dan pengendalian anemia di tingkat nasional atau regional. Manual ini dimaksudkan untuk berkontribusi pada diskusi di antara para pemangku kepentingan ketika memilih atau memprioritaskan intervensi yang akan dilakukan dalam konteks memerangi anemia gizi
Walau sarapan dianggap sebagai waktu makan yang penting, tetapi mayoritas orang belum mengonsumsi menu yang benar. Bahkan, banyak orang “sarapan” dengan minum teh manis atau pun susu.
Konsumsi sarapan yang direkomendasikan adalah terdiri dari makanan dan minuman, bukan salah satunya saja.
Menurut ahli gizi Dr.Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, menu sarapan idealnya mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin, mineral, dan air.
Mengonsumsi teh manis saja di pagi hari, menurut Rita, tidak akan bisa memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisi tubuh.
Jakarta – Kalau sedang terburu-buru di pagi hari, jangankan menyiapkan sarapan, bisa minum air putih setelah bangun tidur saja sudah bagus. Kebiasaan seperti ini sebaiknya dihindari. Terlebih kamu yang sedang diet, kurangnya asupan gizi saat sarapan bisa menambah nafsu makan.
Ahli gizi dokter Rita Ramayulis menjelaskan alasan dari sisi medis. Dia menyarankan pilih menu sarapan yang memaksamu mengunyah dan gizinya seimbang. Jadi, sebaiknya jangan sarapan hanya dengan minum air putih, teh, kopi, atau susu saja.
Jakarta – Jam makan masih jauh, kalau makan berat takut ngantuk. Nah biasanya di jam-jam kritis banyak yang lebih memilih ngemil untuk mengganjal perutnya. Nggak jarang juga yang memilih gorengan sebagai menu camilan.
“Seringkali kalau ngomongin nyemil, kita ingetnya sekali hanya 200 kalori. Kalau 200 dihabisin untuk gorengan 2 biji tentu bisa, tapi isinya hanya minyak,” kata dr Juwalita Surapsari, MGizi, SpGK, saat dijumpai di Central Park Mall, Rabu (30/1/2019).
Jakarta- Investasi utama dalam membangun sumber daya manusia Indonesia yang akan memberikan manfaat jangka panjang dan berkelanjutan adalah pembangunan kesehatan. Terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembangunan kesehatan. Saat ini permasalahan gizi, baik gizi kurang termasuk stunting dan gizi Iebih, terjadi hampir di seluruh strata ekonomi masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan.
Permasalahan gizi buruk merupakan tanggung jawab bersama mulai dari pemerintah, swasta, serta orang tua sebagai tombak perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mulai 1000 hari pertama kehidupan. Edukasi pentingnya asupan gizi seimbang sangat penting dalam upaya menekan tingginya angka gizi buruk di Indonesia.
Jakarta – Hidup di akhir bulan rasanya nggak afdol tanpa mi instan ya. Memang sih, murah dan mengenyangkan. Mau cari makanan lain pun rasanya sulit, sudah kebiasaan sih.
“Membuat orang mengurangi mi instan sama kayak nyuruh orang berhenti merokok ya. Susah. Kalau dia memang senangnya makan mi instan ya sudah jadi pola makan,” spesialis gizi klinik dari RS Siloam, dr Marya Haryono, SpGK, saat dijumpai di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (28/1/2019).