Sambut Hari Gizi Nasional, Kopmas Edukasi Pentingnya Pemenuhan Gizi 1000 Hari Pertama

Jakarta- Investasi utama dalam membangun sumber daya manusia Indonesia yang akan memberikan manfaat jangka panjang dan berkelanjutan adalah pembangunan kesehatan. Terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembangunan kesehatan. Saat ini permasalahan gizi, baik gizi kurang termasuk stunting dan gizi Iebih, terjadi hampir di seluruh strata ekonomi masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. 

Permasalahan gizi buruk merupakan tanggung jawab bersama mulai dari pemerintah, swasta, serta orang tua sebagai tombak perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mulai 1000 hari pertama kehidupan. Edukasi pentingnya asupan gizi seimbang sangat penting dalam upaya menekan tingginya angka gizi buruk di Indonesia. 

Dalam upaya membantu pemerintah dalam mengurangi gizi buruk, perlu adanya peran serta aktif semua pihak, Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) menyelenggarakan diskusi publik daiam rangka memperingati Hari Gizi Nasional 2019 “Menuju Zero Gizi Buruk dan Stunting 2045” di Aula LBH Jakarta, 29 Januari 2019. Hadir sebagai pembicara antara Iain Dede Macan Yusuf Efendi, Ketua Komisi IX DPR RI., Ir. Daddy lzwardy, MA., Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Anisyah S.Si,Apt, MP, Direktur Registrasi Pangan Olahan BPOM, Arif Maulana, SH.MH. Direktur LBH Jakarta dan Arif Hidayat, SH.MH., Ketua Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS). 

Ketua Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), Arif Hidayat mengatakan, meskipun berdasarkan Riskesdas 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada balita dilndonesia, namun ancaman gizi buruk dan stunting akan terus menghantui anak-anak di Indonesia. Hal itu disebabkan karena masih minimnya edukasi mengenai gizi. “Kalau kita datang Iangsung ke kampungkampung yang aksesnya sulit dijangkau, mungkin kita akan menemukan Iebih banyak Iagi penderita gizi buruk. Hanya saja kita belum tahu.” Kata Arif. 

Terkait edukasi, Arif menambahkan perlu adanya sinergi baik pemerintah dan swasta maupun lembagalembaga non pemerintah atau LSM. Karena itulah, KOPMAS hadir mengajak serta membantu pemerintah untuk bersama-sama dalam upaya mengurangi gizi buruk, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya generasi muda. 

“KOPMAS ingin bersama-sama pemerintah dan swasta serta NGO-NGO Iainnya untuk terus melakukan edukasi pentingnya pemenuhan gizi seimbang kepada masyarakat. lni adalah tanggungjawab kita bersama dan bukan sema-mata tanggung jawab pemerintah. Peran orang tua juga sangat penting dimana seorang ibu adalah kelompok kecil yang akan melakukan perubahan besar di rumahnya. Untuk itu, edukasi ini sangat panting.” Tambah Arif.

Salah satu Iingkup kerja KOPMAS adalah menerima pengaduan dari masyarakat akan adanya persoalan kesehatan anak, teruama gizi buruk. Berdasarkan pengaduan yang diterima KOPMAS pada periode Nov Desember 2018, KOPMAs melakukan peninjauan langsung ke sejumlah keluarga di Jawa Barat dan Banten. Sebanyak 12 keluarga di Jawa Barat dan 1 keluarga di Malang. 

Berdasarkan hasil temuan KOPMAS, mereka kesulitan akses kesehatan seperti BPJS Kesehatan. Sebanyak 12 anak terindikasi mengalami gizi buruk: di Kabupaten Bandung 1 anak, Kabupaten Bandung Barat 4 anak, lndramayu 4 anak, Cirebon 2 anak dan Malang 1 anak. 

Arif menambahkan, dari kunjungan tersebut masih ditemukan orang tua yang memberikan susu kental manis (SKM) sebagai minuman bernutrisi. Akibatnya, mereka justru kekurangan nutrisi bahkan terindikasi mengalami gizi buruk. ”Pemahaman yang salah di masyarakat kita hingga saat ini bahwa SKM adalah susu yang memiliki nutrisi tinggi bagi anak-anak terutama bayi padahal sudah kandungan gula pada SKM 50% adalah guIa.” Ujar Arif. 

Perlu diketahui, Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2% (Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7%. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebagai berikut 10,596 (Riskesdas 2007), 14,8% (Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas 2018).

Sumber: industry.co.id

Leave a comment

Dampak Covid