Situasi Masalah Obesitas di Indonesia dan Upaya Transformasi Sistem Kesehatan Tingkat Nasional

Resume Materi dalam Fornas JKKI XIII Topik Kedua Pembicara Kedua

‘Situasi Masalah Obesitas di Indonesia dan Upaya Transformasi Sistem Kesehatan Tingkat Nasional’

Pembicara kedua kegiatan Forum Nasional XIII Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI) topik kedua memaparkan materi yang berjudul ‘Situasi Masalah Obesitas di Indonesia dan Upaya Transformasi Sistem Kesehatan Tingkat Nasional’. Materi ini disampaikan oleh  Ibu Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes yang pada kesempatan ini mewakili Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS selaku Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan. 

Pada awal presentasi, Ibu Eva memaparkan terkait situasi masalah obesitas di Indonesia dan upaya transformasi sistem kesehatan tingkat nasional yang terbagi dalam 3 bahasan, yaitu situasi masalah obesitas di Indonesia, transformasi kesehatan, serta kebijakan dan strategi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Beliau memperlihatkan data tren obesitas selama 10 tahun terakhir di Indonesia. Faktanya terjadi peningkatan kasus pada setiap kelompok umur (data tahun 2007 dan 2018). Prevalensi overweight (indikator IMT ≥25 s/d <27) pada dewasa dari yang sebelumnya 8,6% meningkat menjadi 13,6%; obesitas (indikator IMT >27) dari yang sebelumnya 10,5% meningkat menjadi 21,8%; serta obesitas sentral (indikator lingkar perut laki-laki >90 cm dan perempuan >80 cm) dari yang sebelumnya 18,8% meningkat menjadi 31%. Ketiga kondisi tersebut merupakan faktor pencetus terjadinya PTM. Padahal, secara umum penyebab kematian di seluruh provinsi adalah PTM (stroke, penyakit jantung iskemik dan diabetes). Beliau juga menyampaikan bahwa faktor resiko penyebab kematian tertinggi adalah tekanan darah tinggi, merokok, pola konsumsi tidak baik, gula darah tinggi dan kegemukan.

Indonesia menunjukkan rapor merah secara keseluruhan dari segi kesiapan terhadap obesitas (ranking 131/183), prediksi peningkatan prevalensi obesitas setiap tahun dalam kurun waktu 2010-2030 (pada dewasa 3,9% dan anak 6,5%), dan dampak PTM terhadap kematian prematur (53,1%). Harapannya rapor merah ini dapat diperbaiki dengan upaya meningkatkan kesiapan penanganan dan menekan kenaikan prevalensi obesitas. Kita ingat juga peraturan baru yang tertuang dalam UU No. 17 tahun 2023 tentang kesehatan. Saat ini sedang disusun upaya regulasi, kerjasama lintas sektor, dan pemangku kebijakan. Harapannya dengan begitu dampak klinis, psikologi dan ekonomi dapat ditangani dengan baik dengan memperkuat deteksi, informasi dan komunikasi. Perilaku masyarakat yang meningkatkan risiko obesitas yaitu kurangnya aktivitas fisik dan asupan buah sayur, serta berlebihnya konsumsi gula , garam dan lemak.

Transformasi sistem kesehatan Indonesia dengan 4 Tematik PTM komprehensif promotif-rehabilitatif, yaitu DM, kanker, penyakit jantung, dan stroke. Perlu adanya transformasi pembiayaan kesehatan untuk memenuhi SDM kesehatan yang cukup, berkelanjutan dan terdistribusi dengan baik. Transformasi teknologi kesehatan dengan aplikasi ‘Sehat Indonesiaku’ dengan update data setiap 4 jam dengan data dari Sabang hingga Merauke.

Terdapat beberapa kebijakan dan strategi pencegahan dan pengendalian PTM sesuai dengan UU No.17 tahun 2023 tentang kesehatan paragraf 3 tentang penanggulangan penyakit tidak menular. Ada upaya membentuk jejaring nasional dan internasional sehingga bisa secara bersama-sama mendukung penanganan PTM. Ibu Eva juga memaparkan komitmen pemerintah dalam RPJMN dalam pencegahan dan penanggulangan obesitas.

Penanganan didasarkan pada siklus hidup dan dihubungkan dengan layanan primer. Terdapat 4 kebijakan strategi P2PTM yaitu, promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus, serta pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar.

Jika anda menghendaki materi dan video yang disampaikan oleh ibu Eva, silahkan mengakses melalui link berikut. Liputan kegiatan lengkap Fornas JKKI XIII topik kedua dapat diakses melalui link berikut .

Leave a comment

Dampak Covid