Belajar dari Pengalaman : Keterlibatan Kader Posyandu Tebanggo dalam Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Wasting di Kabupaten Lombok Utara

Sasaran posyandu di Kabupaten Lombok Utara diberi pita pengukur lingkar lengan atas (LLA) secara bertahap sejak 2020 dan masih berjalan. Diawal telah dilakukan sosialisasi cara penggunaan LLA bagi ibu balita. Selain kader, saat ini orang tua balita Posyandu Tebanggo telah memiliki kesadaran tinggi dalam pemantauan status gizi anak menggunakan pita LLA.

Dulu sebelum ada pembagian pita LLA, pengukuran LLA hanya dilakukan 1 bulan sekali saat posyandu. Sejak ibu-ibu balita memegang pita LLA, ibu akan mengukur LLA saat anak sakit dan menjelang posyandu. Pengukuran LLA dilakukan untuk mengecek kondisi gizi secara mandiri dan tidak perlu menunggu saat posyandu. Bagi anak yang terdeteksi mengalami penurunan ukuran LLA, ibu akan segera menghubungi kader. Selanjutnya, kader akan melakukan konfirmasi, apakah benar terdapat penurunan. Kemudian, kader akan melakukan tindakan sesuai kondisi gizi anak.

Kehadiran pita LLA di Kabupaten Lombok Utara bermanfaat untuk keluarga dan memudahkan kader dalam pemantauan wasting balita. Pada anak yang mengalami penurunan ukuran LLA, dilakukan pendampingan pada sasaran. Jika membutuhkan rujukan, maka balita akan mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Pendampingan tidak berhenti sampai rujukan saja. Kader juga mengajak lembaga organisasi keagamaan untuk berkolaborasi menangani masalah, salah satunya dengan menanggung biaya penanganan untuk perujukan (terdapat contoh kasus kader mengupayakan biaya untuk anak yang membutuhkan biaya besar untuk dirujuk ke Jakarta, sementara biaya pengobatan dari BPJS). Pendampingan dilakukan secara berkelanjutan.

Selain pengadaan pita LLA, kader juga melakukan sosialisasi ASI eksklusif. Kader Tebanggo gencar sekali melakukan sosialisasi ASI eksklusif dan MP-ASI yang memenuhi prinsip gizi seimbang.

Banyak tantangan yang telah dihadapi para kader Tebanggo. Kader melakukan edukasi dalam jangka lama dan tidak menyerah meski sering mendapatkan penolakan untuk meluruskan paradigma jaman dulu, paradigma yang sudah terbangun menjadi keyakinan. 

Edukasi yang diperjuangkan oleh Kader Tebanggo Kabupaten Lombok Utara antara lain:

  1. Mengedukasi orang tua untuk tidak memberikan makan anak yang telah dibiarkan semalam sampai agak basi supaya makanan menjadi lembek (kebiasaan jaman dulu).
  2. Mengedukasi orang tua untuk tidak memberikan makanan anak yang dilembutkan dengan cara dikunyah orang tua terlebih dahulu agar lembut sebelum diberikan untuk anak.
  3. Mendorong pemberian MP-ASI home made dibanding pabrikan. Hal ini menjadi tantangan di kalangan tua maupun muda. Sulit mengubah cara pandang bahwa MP-ASI homemade lebih baik, ekonomis dan murah.
  4. Mendorong pemberian ASI eksklusif dan tidak bergantung pada susu formula.

Progres yang saat ini terasa antara lain sekarang sudah tidak ada orang tua yang memberikan MP-ASI yang sudah dikunyah atau difermentasi sebelum diberikan ke anak. Untuk pemberian ASI ekaklusif dan pembatasan susu formula masih menjadi PR.

Kader juga aktif hadir dalam kegiatan warga dan menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan pengukuran status gizi anak dan diskusi dengan orang tua. Misalnya saja di tempat ibadah atau acara ulang tahun anak.

Kunjungan rumah yang dulu masih mendapat penolakan juga sudah tidak lagi.

Semoga kedepan Posyandu Tebanggo dapat terus berinovasi dalam penanggulangan masalah balita. Talkshow yang disaksikan oleh kader dari berbagai daerah ini diharapkan dapat menginspirasi dan memotivasi untuk melakukan hal serupa.

Leave a comment

Dampak Covid