Polemik Banjir dan Cara Pemberian Makan yang Tepat bagi Bayi

Di Awal tahun 2020 ini, banjir yang terjadi di Jakarta menjadi keprihatinan warga Indonesia. Curah hujan yang terjadi merupakan rekor curah hujan tertinggi sejak tahun 1866. Salah satu isu kesehatan yang paling mendesak adalah kesehatan ibu dan bayi. Kedua kelompok tersebut sangat rentan terserang infeksi, kekurangan gizi, hingga kematian. The Food and Agriculture Organization (FAO) dalam artikelnya yang berjudul Food Safety Guidance in Emergency Situations menghimbau untuk memperhatikan permasalahan besar di bidang pangan yang mengancam ketika bencana banjir, yaitu kontaminasi. Makanan dan minuman yang terkontaminasi dapat mengakibatkan kesakitan/foodborne illnes.

Pada situasi ini, kita bisa belajar pada kejadian banjir di Kelantan, Malaysia yang terjadi pada bulan Desember 2014. Pada kejadian tersebut, ada empat pokok perhatian yang perlu disoroti mengenai makanan bayi saat bencana seperti yang dituliskan dalam Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 2016;25(3):625-630.

Pertama, efek negatif banjir terhadap status gizi dan kesehatan bayi yang mengancam nyawa. Efek negatif tersebut dapat dicegah dengan pemberian ASI yang cukup bagi bayi. ASI menjadikan bayi lebih terlindung dari berbagai jenis penyakit. Kedua, minimnya privasi dan tempat yang nyaman untuk ibu menyusui. Ibu memerlukan ruangan yang tertutup yang aman sehingga dapat menyusui dengan nyaman. Penyediaan ruang laktasi dan celemek menyusui bisa menjadi salah satu alternatif untuk mempermudah ibu menyusui. Ketiga, tidak terkontrolnya bantuan formula makanan bayi, nipple dot bayi dan botol susu. Rendahnya sanitasi saat banjir dalam pembuatan makanan formula bayi sangat beresiko mengakibatkan diare yang dapat berujung pada kematian. Regulasi distribusi formula makanan bayi yang tidak tepat juga mengakibatkan turunnya motivasi ibu untuk memberikan ASI. Keempat, kesalahan pemahaman bahwa produksi dan kualitas air susu ibu (ASI) akan menurun jumlah dan kualitasnya karena bencana. 

Solusi yang disarankan pada permasalahan ini adalah edukasi dan dukungan akan pentingnya ASI bagi bayi, penyediaan tempat yang nyaman untuk menyusui, pemantauan distribusi formula makanan bayi, penyediaan air yang aman, listrik dan fasilitas kesehatan.

Dalam menjaga keamanan makanan bagi korban banjir/mencegah foodborne illness diperlukan kerjasama dari beberapa pihak, baik pemerintah maupun relawan non pemerintah. Tim yang perlu dilibatkan diantaranya tim medis, ahli gizi, tim transportasi, tim penyediaan air, tim pengontrol hama, tim sanitasi, tim konstruksi dan tim keamanan.

Zaharah Sulaiman, Noraini Mohamad, Tengku Alina Tengku Ismail, Nazirah Johari, Nik Hazlina Nik Hussain. Infant feeding concerns in times of natural disaster: lessons learned from the 2014 flood in Kelantan, Malaysia. Asia Pac J Clin Nutr 2016;25(3):625-630.

Berikut adalah bahan bacaan yang terkait:

  1. Zaharah Sulaiman, Noraini Mohamad, Tengku Alina Tengku Ismail, Nazirah Johari, Nik Hazlina Nik Hussain. Infant feeding concerns in times of natural disaster: lessons learned from the 2014 flood in Kelantan, Malaysia. Asia Pac J Clin Nutr 2016;25(3):625-630
  2. Food safety guidance in emergency situations. http://www.fao.org/docs/eims/upload/215251/emergency.pdf
  3. Division of Nutrition, Physical Activity and Obesity, Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Disaster Planning: Infant and Child Feeding. https://www.cdc.gov/nccdphp/dnpao/features/disasters-infant-feeding/index.html.

Leave a comment

Dampak Covid