Tingginya Asupan Gula: Ancaman Kesehatan Jangka Panjang
Pekan lalu telah terselenggara webinar dalam rangka peringatan Hari Obesitas Sedunia. Permasalahan obesitas tidak jauh dari permasalahan asupan gula yang tinggi. Tingginya asupan gula secara nasional tampak dari meningkatnya angka permintaan gula, bahkan sampai membutuhkan impor gula dari negara lain. Kementrian Kesehatan RI memberikan edukasi batasan asupan gula sebanyak 50 gram (4 sendok makan) per-hari. Belum ada rekomendasi khusus untuk batasan gula bagi anak. Belajar dari negara lain, Dietary Guidelines for Americans 2020-2025 menyarankan untuk anak dibawah 2 tahun tidak disarankan dibeli makanan atau minuman dengan tambahan gula. American Academy of Pediatrics (AAP) memberikan rekomendasi asupan gula bagi anak usia 2-18 tahun sebanyak maksimal 25 gram (2 sendok makan) per-hari. Batasan gula yang dimaksud adalah gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman seperti gula pasir, gula jawa, gula batu, nektar, madu, gula kelapa, dan sirup.
Penelitian yang dilakukan oleh Magdalena Putranti dkk (2017) menunjukkan rata-rata konsumsi gula responden adalah 43 gram per hari. Dari hasil rata-rata, angka ini masih tergolong normal. Namun jika dilihat lebih detail dengan membandingkan jumlah responden yang mengkonsumsi gula diatas rekomendasi dan dibawah, ternyata memprihatinkan. Sebanyak 21,5% responden mengkonsumsi gula melebihi batas rekomendasi, dengan responden terbanyak berada di usia produktif (40-45 tahun). Peneliti juga memaparkan bahwa responden usia 40-45 tahun jika dibandingkan dengan responden usia lain (dari nilai IMT), menunjukkan bahwa responden memiliki kategori IMT gemuk terbanyak.
Permasalahan asupan gula yang tinggi dan kejadian diabetes tidak hanya terjadi pada dewasa. Buruknya konsumsi gula pada anak sejalan dengan tingginya angka diabetes pada anak yang meningkat 70x lipat dalam 13 tahun terakhir. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Adriyanto mengamati makanan jajanan yang dikonsumsi anak selama di sekolah dasar (SD) negeri dan swasta di Surabaya dengan Semi-Quantitative Food Frequency (SQ-FFQ) selama satu bulan terakhir. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi gula pada siswa sekolah negeri sebanyak 65,3 gram (130,6% asupan maksimal sehari) dan swasta 40,6 gram gram (81,2% asupan maksimal sehari). Angka ini termasuk dalam kategori tinggi, terlebih belum memperhitungkan asupan gula selama di rumah. Gula yang dikonsumsi siswa selama di sekolah pada penelitian ini berasal dari gula yang ditambahkan pada kue tradisional (kue cucur, ongol-ongol, roti kukus, jelly), minuman (es cincau, es blewah, susu), serta jajanan kemasan (permen, biskuit kemasan, wafer lapis coklat, menuman sacschet). Kondisi ini memerlukan perhatian besar untuk mendukung kesehatan anak jangka panjang. Asupan gula yang tinggi dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan anak maupun orang tua.
Selain memperhatikan jumlah gula yang kita tambahkan pada makanan dan minuman, penting untuk memperhatikan gula yang tersembunyi dengan cara membaca label makanan. Label gula makanan dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
- Tinggi: lebih dari 22,5 gram gula dalam 100 gram, atau lebih dari 27 gram per porsi.
- Sedang: mengandung gula lebih dari 5 gram hingga 22,5 gram per 100 gram.
- Rendah: kurang dari sama dengan 5 gram per 100 gram.
Sumber bacaan:
https://repository.unri.ac.id/
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
https://www.hopkinsallchildrens.org/
Puspita dan Adriyanto. 2019. Analisis Asupan Gula, Garam dan Lemak (GGL) dari Jajanan pada Anak Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Kota Surabaya. Amerta Nutr (2019) 58-62 58 DOI : 10.2473/amnt.v3i1.2019.58-62
Putranti, Magdalena. et al. 2017. Gambaran Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Penduduk Dusun Batur Kidul Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Semarang: Universitas Kristen Satya Wacana.