‘REAL FOOD’: Trend Baru Hidup Sehat yang Lebih Hemat

Akhir-akhir ini tengah ramai terkait trend ‘real food’. Terlebih di sosial media. Semakin banyak influencer kesehatan maupun tenaga kesehatan yang mengkampanyekan tren ini. Sebenarnya istilah real food ini bukan istilah baku. Namun, tren ini sangat menarik untuk diikuti. Mengingat harga berbagai bahan pangan yang melejit dan tuntutan hidup sehat semakin tinggi, tren real food bisa menjadi opsi.

Real food sendiri adalah pola makan yang mengutamakan makanan yang segar, diolah dengan proses yang minimal sehingga zat gizinya masih terjaga. Ultra processed food (UPF) merupakan makanan yang sangat dijauhi pada tren real food. 

Seperti apa makanan pada tren real food?

Makanan yang dikonsumsi adalah makanan-makanan yang ada di sekitar. Misalnya saja karbohidrat dari nasi, ubi, kentang, talas. Bukan dari mie, pasta, roti pabrikan. Untuk lauk, berasal dari protein segar seperti ikan segar, daging segar, ayam segar, telur, seafood, tahu, tempe, kacang-kacangan. Sayur dan buah dari sayur-sayuran dan buah-buahan segar. Bukan sayur yang digoreng menjadi keripik, atau buah yang sudah diolah pabrikan menjadi jus buah tinggi gula dan pengawet atau manisan buah tinggi gula.

Makanan real food biasanya diolah dengan lebih sederhana seperti kukus, rebus, tumis panggang, atau mentahan. Menu real food misalnya saja nasi sayur lalap dengan ikan pepes, kacang rebus, ubi kukus. 

Apa saja hal menarik dari tren real food?

  1. Bahan alami berbasis pangan lokal

    Bahan yang digunakan adalah bahan segar. Jadi, pangan lokal diutamakan untuk digunakan. Dengan menggunakan bahan lokal terlebih yang sedang musim dan ada di sekitar menjadikan makanan mudah diperoleh dan lebih terjangkau. Tidak harus makan salad, justru menu-menu lokal banyak yang lebih bervariasi dan lebih sehat menggunakan bahan alami berbasis lokal.

  2. Minimal menggunakan bahan tambahan berpengawet

    Selain lebih sehat juga lebih hemat biaya ketika minimal menggunakan bahan tambahan yang mengandung pengawet. Tidak perlu membeli saus, bumbu-bumbu perasa sintetik, kaldu penyedap bubuk dan semacamnya.

    Jika ingin pedas maka bisa menggunakan cabe asli, ingin enak menggunakan bumbu alami, ingin gurih menggunakan kaldu asli, dan banyak opsi lain yang lebih sehat dan enak tanpa tambahan pengawet.

    Rasa sudah pasti enak alami dan menghemat biaya.

  3. Jauh dari UPF

    UPF merupakan makanan yang paling dijauhi pada tren ini. Mengingat bahwa UPF melalui proses yang panjang dan mengandung banyak tambahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. UPF juga memicu berbagai macam penyakit. Dengan menghindari UPF dan makan yang alami, tubuh menjadi lebih sehat dan tentu saja budget membeli UPF dan biaya pengobatan akibat sakit bisa dialokasikan untuk yang lain.

  4. Minimal pengolahan, hemat bahan tenaga waktu, sumber daya

    Pengolahan yang lebih sederhana dapat lebih menghemat waktu, tenaga dan sumber daya. Misalnya saja kita bandingkan mengukus kentang dibanding dengan deep fry yang dibumbui berbagai macam bumbu  instan. Biaya minyak dan bumbu tentu saja beda menambah budget. Dengan begitu juga lebih ramah lingkungan.

  5. Sehat secara keseluruhan

    Dengan mengelola makan yang sehat  maka dampak bagi tubuh adalah sehat secara keseluruhan. Baik untuk berat badan, kulit, pencernaan, pembuluh darah, jantung, paru-paru, reproduksi, hormonal, emosional, dll. Orang yang sehat akan lebih produktif. Selain dampak pada kesehatan fisik, makanan sehat juga berdampak secara emosional. Pun di masa mendatang dapat mencegah berbagai macam penyakit.

Tertarik untuk mencoba? Yuk cobain!

Penulis : Lisa Rosyida, S.Gz, RD

Editor : Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D

Sumber bacaan:

https://www.rri.co.id/kuliner/1093318/tren-real-food-makanan-sehat-alami-yang-kembali-digemari

https://www.kompasiana.com/rizkiputri/67041612ed6415395436d512/tren-real-food-mari-populerkan-gaya-hidup-sehat

https://dietplus.id/artikelsehat/gaya-hidup/kesehatan/real-food-pola-makan-sehat/

Bagaimana Asupan Keluarga Bergizi di Tengah PHK Massal?

Saat ini sedang ramai terkait PHK massal. Baik dari sektor pemerintahan maupun swasta. Banyak kepala keluarga yang kehilangan pekerjaannya. Selain itu, kenaikan harga bahan pangan juga menjadi polemik bagi banyak keluarga. Berita menyedihkan ini terjadi pada banyak keluarga. Beberapa kemungkinan penyebab terjadinya PHK massal pada tahun 2025 adalah kenaikan pajak pertambahan nilai, pembatasan subsidi pemerintah, hingga kenaikan premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Hari Gizi Nasional 2025

“Makan Bergizi, Keluarga Sehat”

Pada tahun 2025 ini, Hari Gizi Nasional mengambil tema “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat”.

Hari Gizi Nasional tahun ini merupakan peringatan nasional ke ke-65. Tahun lalu ramai dibahas terkait program makan gratis bagi ibu hamil, balita dan anak sekolah. Dan tahun ini program tersebut akan direalisasikan sebagai perwujudan upaya pemerintah dalam perbaikan gizi masyarakat menuju Indonesia emas.

POSTER EDUKASI GIZI : MEMILIH MAKANAN KEMASAN

Lingkungan kita saat ini penuh dengan gempuran makanan kemasan yang tidak sehat, khususnya ultra processed food (UPF). Sebenarnya tidak semua makanan kemasan itu buruk bagi kesehatan. Karena ada beberapa makanan kemasan yang dikemas hanya untuk keamanan. Kita bisa menilainya sebelum mengkonsumsinya dengan melihat beberapa poin penting, diantaranya:

Program Makan Siang Siswa di Swedia

Belum lama ini sosial media ramai dengan pembahasan kunjungan beberapa pejabat negara ke Negara Swedia untuk meninjau program makan siang gratis bagi siswa. Banyak sekali kontra dibandingkan setuju yang muncul dari masyarakat. Misalnya saja, apakah program makan siang gratis bagi siswa itu sebenarnya benar-benar dibutuhkan dan menjawab permasalahan yang ada di Indonesia? Mengapa harus Negara Swedia yang dituju mengingat kondisi negaranya tidak tampak apple to apple? Apakah harus melakukan kunjungan secara offline mengingat biaya yang dikeluarkan begitu besar? Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang menunjukkan kontra. Mari kita kenali sedikit terkait program makan siang siswa di negara Swedia!

Modul Pelatihan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

Modul Pelatihan

Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah

Tim Kerja Kesehatan Balita dan Anak Prasekolah dibawah Direktorat Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI menyusun modul pelatihan SDIDTK dan konseling pemberian makan bagi tenaga kesehatan terlatih.

Mampukah Program Makan Siang Menanggulangi Stunting?

Isu makan siang bagi siswa dalam penanggulangan stunting semakin menarik sejak diumumkannya Prabowo Subianto selaku presiden terpilih pada pemilu 2024. Program utama yang sangat diunggulkan oleh Prabowo di bidang kesehatan adalah program makan siang bagi siswa PAUD sampai SMA/SMK, santri, dan ibu hamil sebagai upaya untuk menanggulangi stunting.

Dampak Covid