Ketika Makanan UPF Tampak Lebih Sehat

Persaingan yang semakin berat di bidang industri mendorong setiap produsen untuk menunjukkan keunggulan produknya dengan berbagai cara. Baik dengan meningkatkan kualitas produk maupun meningkatkan perhatian di mata konsumen melalui iklan. di dunia yang semakin mudah diperolehnya informasi ini, sebenarnya masyarakat sudah semakin banyak memahami dampak kesehatan makanan ultra-processed. Namun, ternyata pengetahuan ini tidak lantas mendorong untuk dengan mudahnya menjauhi UPF. Mengapa demikian?
Industri tidak kehabisan ide untuk terus memikat konsumennya. Kesadaran masyarakat akan kesehatan yang terus meningkat yang awalnya mengancam eksistensi produk justru menjadi peluang untuk mengunggulkan produk. Misalnya saja produk mie instan. sepertinya sudah bukan rahasia lagi bahwa konsumsi mie instan berkaitan dengan berbagai resiko kesehatan. Masyarakat mulai paham bahwa mie instan tidak disarankan karena kandungan kalori dan natriumnya yang tinggi. Namun, produsen mengimbanginya dengan membuat inovasi produk yang lebih rendah natrium dan kalori. Meski sebenarnya juga masih tetap tinggi dibandingkan makanan sehat sehari-hari. Muncul juga inovasi ada tambahan sayur. Padahal sayur yang ditambahkan sangat sedikit dan tidak lantas secara signifikan menjadikan mie instan lebih bergizi karena kandungan seratnya. Apakah dengan kalori dan natrium yang lebih rendah serta terdapat tambahan sayur dapat menjauhkan dari risiko kesehatan?
Ada banyak sekali produk ultra-processed yang dengan sangat menarik tampil lebih sehat atau bahkan sangat sehat. Produk yang lain yang juga demikian misalnya permen susu yang mengklaim tujuh butir permen setara dengan satu gelas susu. Kalau kita mau lebih kritis, sebenarnya apanya yang setara segelas susu? Apakah kalorinya saja atau proteinnya, kalsiumnya atau apanya? Ternyata dari websitenya menyatakan bahwa yang setara adalah kalorinya. Sebagai produk tinggi gula, bagaimana dengan kandungan gulanya jika sang anak mengkonsumsi tujuh butir? Apakah mungkin dengan tingginya kalori dari gula akan diperoleh manfaat kesehatan seperti mengkonsumsi segelas susu?
Bahkan yang sangat disayangkan hal ini juga berlaku pada produk makanan anak-anak, terutama anak dibawah 2 tahun yang masih mengkonsumsi MP-ASI. Inovasi produk makanan bagi bayi dan anak-anak semakin banyak. Namun, jika kita mau lebih kritis sebenarnya produk tersebut tidak sehebat itu. Misalnya saja produk bubur bayi instan, biskuit, snack, minuman kemasan, serta susu untuk bayi dan anak-anak. Kita tidak bisa mengeneralisir bahwa produk tersebut merupakan UPF dan buruk bagi kesehatan. Penting sekali untuk membaca komposisi dan nilai gizi produk. Karena meskipun berlabel untuk bayi dan anak-anak, produk makanan yang mudah ditemui mayoritas tinggi gula dan mengandung perasa sintetik.
Tambahan premiks vitamin dan mineral pada produk-produk ultra-processed juga menjadikan produk seolah ‘lebih sehat’. Makanan ultra-processed yang lebih diunggulkan bahkan menjadi makanan yang termasuk ‘golongan premium’. Disebut premium karena terdapat penambahan komponen makanan agar makanan tampak ‘lebih sehat’, misalnya penambahan serat, omega-3, probiotik.
Penulis : Lisa Rosyida, S.Gz, RD
Editor : Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D
Sumber bacaan:
Filippa Juul, Niyati Parekh, Euridice Martinez-Steele, Carlos Augusto Monteiro, Virginia W Chang, Ultra-processed food consumption among US adults from 2001 to 2018, The American Journal of Clinical Nutrition, Volume 115, Issue 1, January 2022, Pages 211–221, https://doi.org/10.1093/ajcn/nqab305
https://unifam.com/brands/milkita-candy