Liputan Webinar Hari Obesitas Sedunia 2023 : Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas
Dalam memperingati Hati Obesitas Sedunia 2023, Unicef bekerjasama dengan WHO menyelenggarakan webinar pada hari Selasa, 21 Maret 2023 dengan tema ‘Koordinasi dan Aksi Bersama untuk Pencegahan dan Pengendalian Gizi Lebih dan Obesitas’. Webinar diawali dengan sambutan pembuka dari Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI). Kegiatan ini menghadirkan panelis dari berbagai bidang, diantaranya Bapak Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D (Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS RI), Ibu dr. Fransiska Mardiananingsih, MPH (National Professional Officer-Social Determinants and Health Promotion WHO-Indonesia), Ibu dr. Lovely Daisy, MKM (Plt. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI), dan Bapak David Colozza, Ph.D (Nutrition Specialist UNICEF-Indonesia). Webinar ddimoderatori oleh Ibu Digna Niken Purwaningrum, MPH, Ph.D (Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM).
Isu gizi lebih dan obesitas merupkan permasalahan di semua negara. Hampir semua negara mengalami peningkatan setiap tahunnya. Telah banyak upaya yang dilakukan berbagai negara untuk mengendalikan peningkatannya. Penanggulangan obesitas semakin digencarkan untuk menyelamatkan kondisi kesehatan di masa mendatang.
Bapak Dr. Pamungkas dalam pemaparannya menyampaikan kondisi permasalahan gizi ganda, prevalensi stunting tinggi (meski sudah mengalami penurunan), fluktuasi trend wasting, serta peningkatan prevalensi obesitas pada dewasa. Beliau juga memaparkan ‘rapor merah’ Indonesia dari segi kesiapan terhadap obesitas, prediksi peningkatan prevalensi obesitas setiap tahun, dan dampak PTM terhadap kematian. Penting sekali peran kebijakan di bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesiapan penanganan dan menekan kenaikan prevalensi obesitas. Semua negara masih berkutat dengan obesitas. Harapannya target ideal tercapai, namun juga harus realistis. Secara umum penyebab kematian di seluruh provinsi di Indonesia adalah penyakit tidak menular. Faktor resiko penyebab kematian tertinggi adalah tekanan darah tinggi, rokok dan pola konsumsi/food pattern yang tidak baik. Ada lima komitmen pemerintah dalam RPJMN dalam Pencegahan dan Penanganan Over Nutrition, diantaranya peningkatan KIA, KB, dan kesehatan reproduksi; percepatan perbaikan gizi masyarakat; peningkatan pengendalian penyakitk pembudayaan perilaku hidup sehat melalui GERMAS, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.
Pemateri kedua, Ibu dr. Lovely menyampaikan enam target gizi global pada tahun 2025 salah satu nya berkaitan dengan obesitas, yaitu poin nomor 4 yang menyatakan tidak ada kenaikan overweight pada balita. Kemenkes telah menerbitkan ‘Pedoman Pencegahan Gizi Lebih dan Obesitas pada Anak Usia Sekolah’ sebagai payung petunjuk teknis yang diharapkan membantu praktek penanggulangan obesitas di lapangan. Alasan mengapa usia sekolah yang dipilih yaitu anak usia sekolah mengalami peningkatan prevalensi obesitas tertinggi dibanding kelompok lainnya. Selain tingginya prevalensi, penekanan obesitas pada anak menghadirkan triple benefit (kesehatan anak saat ini, kesehatan anak dimasa depan dan kesehatan untuk generasi yang akan datang). Penekanan pada kelompok adalah bentuk investasi pengendalian obesitas kedepan.
Pemateri ketiga, Ibu dr. Fransiska menyampaikan situasi di Indonesia dari hasil data Riskesdas tahun 2013 dan 2018 diantaranya peningkatan prevalensi kurangnya akvifitas fisik, overweight dan obesitas pada hampir semua kelompok usia serta tingginya konsumsi gula dan lemak per-hari dibandingkan dengan rekomendasi. Permasalahan obesitas tidak hanyak dipengaruhi oleh kelebihan asupan, tetapi juga dipengaruhi oleh riwayat kekurangan gizi dan stunting pada masa anak-anak. WHO memberikan beberapa rekomendasi, diantaranya memproteksi golden standard pemberian makan bayi dan anak (IMD, ASI eksklusif 6 bulan, MP-ASI berkualitas dan ASI sampai 2 tahun), meningkatkan konsumsi makanan sehat masyarakat (memudahkan ketersediaan, akses, dan keterjangkauan), mewujudkan lingkungan untuk hidup lebih aktif (fasilitas aktivitas fisik, tempat kerja non-obesigenik), dan mengendalikan makanan komersil (regulasi makanan tidak sehat, pajak, meningkatkan literasi/labeling makanan). WHO mensupport technical guide dan bekerjasama dengan Kemenkes untuk pengaplikasiannya.
Materi terakhir disampaikan oleh Bapak David yang menjelaskan kebijakan yang terkoordinasi dalam pencegahan dan pengendalian gizi lebih dan obesitas di Indonesia. Beliau memaparkan analisis konprehensif pada faktor resiko obesitas, yaitu pre- and perinatal, balita, gaya hidup dan lingkungan. Terdapat 4 penilaian holistik untuk lingkungan pendukung pada empat kategori, yaitu dukungan tata kelola dan kebijakan, sistem dan layanan kesehatan, kebijakan gizi spesifik, serta kebijakan gizi sensitif. Unicef mendukung pemerintah dalam pengembangan kebijakan (saat ini sudah kerjasama dengan UGM), labeling gizi, pemasaran makanan, pembebanan cukai, serta pengendalian lingkungan sekolah. Anak yang mengalami obesitas sebenarnya tidak memperoleh gizi yang cukup/sesuai.
Pada akhir webinar, Ibu Digna selaku moderator memberikan beberapa poin penting yang perlu dijadikan perhatian dalam pengendalian obesitas, diantaranya penguatan regulasi sesuai determinan, upaya lingkungan non obesigenik, pentingnya pedoman gizi, kolaborasi lintas sektor (gizi dan pangan), peningkatan aktivitas fisik masyarakat dan individu, serta perlu program penanggulangan yang spesifik dan tepat guna. Link kegiatan webinar ini dapat diakses di youtube UNICEF Indonesia.