MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT
Malnutrisi merupakan kondisi medis yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi karena berkurangnya asupan atau kebutuhan nutrisi yang berlebihan. Salah satu tantangan besar bagi pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit adalah malnutrisi rumah sakit (MRS). MRS merupakan malnutrisi yang terjadi pada pasien selama masa perawatan di rumah sakit.
Akibat dari MRS adalah durasi perawatan yang lebih lama, pemulihan fisik yang lebih lama, peningkatan komplikasi penyakit, serta peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Angka mortalitas pada pasien dengan MRS meningkat sebesar 3 kali lipat apabila dibandingkan dengan pasien tanpa MRS. Efek lain yang merugikan adalah biaya rumah sakit sebesar 3 kali lipat lebih tinggi dan lama perawatan di rumah sakit memanjang sebesar 1,5 – 2 kali lipat. Permasalahan MRS terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi malnutrisi rumah sakit di Belanda mencapai 40% dan Amerika mencapai 40-50%. Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (2009) menunjukkan angka malnutrisi pada pasien bedah digestif adalah sebesar 45,9% dan di RSPAD Gatot Subroto malnutrisi pada pasien penyakit dalam sebesar 47,6%.
Sebagai antisipasi pencegahan MRS maka dilakukan skrining gizi dalam 1×24 jam pasien dinyatakan masuk admisi rawat inap. Alat skrining gizi berbeda-beda sesuai dengan kelompok umur atau penyakitnya. Beberapa alat skrining yang dapat digunakan dipaparkan pada tulisan sebelumnya (dilinkkan ke tulisan sebelumnya tentang skrining gizi).
Pasien yang beresiko mengalami malnutrisi akan mendapatkan asuhan gizi dari ahli gizi. Proses asuhan gizi pada pasien terdiri dari asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan evaluasi. Asesmen gizi pada pasien terdiri dari riwayat makan, pengukuran antropometri, pemeriksaan biokimia, pemeriksaan fisik klinis dan riwayat klien. Setelah dilakukannya asesmen gizi, ahli gizi menentukan diagnosis gizi. Diagnosis gizi terdiri dari tiga domain, yaitu intake, klinis, dan behavior. Langkah selanjutnya adalah intervensi gizi. Intervensi diberikan berdasar hasil kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain. Untuk memantau intervensi yang diberikan, maka selanjutnya dilakukan monitoring evaluasi. Pada saat pasien akan pulang, pasien mendapatkan konseling gizi untuk di rumah.
Sumber bacaan:
Sulistyo, OH. 2021. Mengenal malnutrisi rumah sakit. Diakses di https://rsa.ugm.ac.id/.
Hernandez A, Vila MP, Leon-Sanz M, Gardia de Lorenzo A, Celaya-Perez , Garcia Lorda P. 2012. Prevalence and costs of malnutrition in hospitalized patients. Nutricion Hospitalaria 27(4):1049-1059
Juliaty, 2013. Malnutrisi Rumah Sakit pada Bangsal Anak Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar. Sari Pediatri, 15(2)
Budiputri, GL., Suryawan, IWB., Dewi, MR. 2020. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian Malnutrisi Rumah Sakit (MRS) pada pasien anak di Bangsal Kaswari, RSUD Wangaya, Bali, Indonesia. Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 2: 680-685