Pola Hidup Sehat Masa Lampau yang Ditinggalkan

Kemajuan teknologi tidak selalu memberikan dampak yang baik bagi kehidupan, terlebih dalam bidang kesehatan. Meski kini banyak teknologi baru yang dapat mendeteksi dan mengobati penyakit dengan lebih baik, namun pencetus penyakit juga lebih banyak.

Sebenarnya kalau kita mau menelaah kembali pola hidup di masa lalu, banyak hal yang bisa kita pelajari dan terapkan kembali. Banyak kebiasaan baik lama yang sebenarnya masih bisa kita lakukan namun justru kita tinggalkan.

Mungkin ada beberapa hal yang menjadi sangat sulit dilakukan sekarang. Namun, kita abai bahwa banyak juga yang masih bisa kita lakukan. Pastinya butuh niat dan komitmen yang kuat.

Apa saja itu?

  • Banyak gerak

    Kemudahan memperoleh segala sesuatu kini menjadikan orang relatif malas gerak (mager). Misalnya saja sekedar pergi ke warung atau ke tempat tetangga. Sebenarnya sangat memungkinkan untuk berjalan kaki. Namun, kita justru lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor. Padahal waktu yang dibutuhkan juga tidak lama. Seolah-olah jalan kaki bukanlah hal yang lumrah. Mari kita kembali lebih aktif!

    Selain baik untuk kesehatan, berjalan kaki juga membantu menghemat bahan bakar dan meminimalkan polusi. Belum lagi dengan berjalan kita bisa lebih leluasa memperhatikan lingkungan sekitar dan bersosialisasi dengan tetangga. Itu artinya baik untuk kesehatan, lingkungan maupun sosial.

  • Makanan segar

    Berbagai makanan instan kini dengan mudahnya diperoleh. Selain mudah diperoleh, rasa lebih bercitarasa kuat, juga terlihat lebih murah. Padahal kita semua tahu dan bukan rahasia lagi bahwa makanan tersebut memberi dampak buruk bagi kesehatan.

    Mari berpikir lebih panjang sebelum memutuskan untuk makan. Mungkin saat ini semua terasa menyenangkan. Namun, berbagai dampak buruk mengantri untuk satu persatu muncul. Sayangnya, banyak dampak buruk jangka pendek yang tidak disadari. Seperti mudah lelah, mudah tertular penyakit, mudah emosi, dan hal mengganggu produktivitas lain yang diabaikan.

    Relakan untuk sedikit lebih repot tetapi berdampak baik di jangka panjang.

    Sesederhana memilih telur dadar dibanding sosis siap makan misalnya. Saat beli makanan di luar pun juga demikian. Pilihlah menu yang menggunakan bahan makanan segar. Misalnya saja gado-gado dibandingkan mie pedas kekinian.

  • Makanan kemasan

    Kemudahan yang sangat terasa saat ini adalah banyak sekali penjual. Jualan didominasi dengan makanan kemasan. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan makanan yang dikemas. Karena kemasan juga merupakan wujud kemajuan teknologi. Namun, sayangnya mayoritas makanan kemasan didominasi dengan makanan tinggi gula, tinggi garam/natrium, perasa, pengawet, pewarna, maupun komponen lain yang tidak dibutuhkan tubuh. Bahkan mengganggu kesehatan. Mari lebih bijak untuk memilih makanan kemasan. Sebisa mungkin pilih yang tidak mengandung tinggi gula, tinggi garam/natrium, perasa, pengawet, pewarna, maupun komponen lain yang tidak dibutuhkan tubuh.

  • Plastik

    Dulu plastik tergolong mahal dan sulit diperoleh. Kini kebalikannya. Justru tanpa plastik menjadi lebih mahal dan sulit diperoleh. Orang dulu menggunakan daun atau membawa wadah sendiri saat akan membeli makanan. Seperti rantang atau wadah kaca. Kini semua dimudahkan dengan kemasan plastik. Soto, bakso, mie ayam, sup, dan berbagai makanan panas lainnya dibungkus menggunakan plastik. Termasuk makanan anak-anak seperti puding, jelly. Belum lagi perabotan sehari-hari di rumah yang berbahan plastik yang digunakan untuk makanan/minuman panas seperti piring, gelas dan teko. Membanjirnya produk dari plastik yang tidak terjamin keamanannya menjadikan kesehatan masyarakat jangka panjang terancam.

    Padahal plastik yang terkena panas memberikan dampak buruk bagi kesehatan jangka panjang seperti gangguan hormonal, kekebalan tubuh, efek reproduksi, perkembangan dan lain-lain.

    Alternatif yang bisa kita ambil adalah menggunakan wadah kaca atau stainless saat di rumah dan ketika membeli makanan di luar (terutama makanan panas) membawa wadah sendiri (berbahan stainless yang aman) atau justru makan ditempat.

Penulis : Lisa Rosyida, S.Gz, RD

Editor : Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D

Leave a comment

Dampak Covid