Mampukah Program Makan Siang Menanggulangi Stunting?
Isu makan siang bagi siswa dalam penanggulangan stunting semakin menarik sejak diumumkannya Prabowo Subianto selaku presiden terpilih pada pemilu 2024. Program utama yang sangat diunggulkan oleh Prabowo di bidang kesehatan adalah program makan siang bagi siswa PAUD sampai SMA/SMK, santri, dan ibu hamil sebagai upaya untuk menanggulangi stunting.
Stunting merupakan problematika besar yang masih mengancam anak-anak Indonesia. Angka stunting di Indonesia masih tinggi. Tahun 2023 prevalensi stunting masih sebanyak 21,6%. Tahun 2024 ini, data terbaru stunting belum dirilis. Padahal ditargetkan dapat mencapai 14% di 2024.
Permasalahan stunting dimulai sejak bayi berada di dalam kandungan ibu. Yaitu ketika ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan zat gizi mikro maupun makro dengan baik. Program makan siang pada ibu hamil dapat membantu pemenuhan zat gizi ibu di salah satu waktu makan. Yang menjadi catatan penting adalah pemenuhan zat gizi pada ibu di jam makan lain juga perlu diperhatikan. Memperhatikan pemenuhan makan ibu di satu waktu makan belumlah cukup. Penting untuk memikirkan kemampuan ibu dalam mencukupi kebutuhan gizi di waktu makan yang lain dengan memperhatikan harga bahan makanan yang terjangkau bagi masyarakat. Terlebih lagi, problematika pemenuhan zat gizi mikro juga masih menjadi PR para ibu hamil di Indonesia.
Setelah melewati masa kehamilan, dua tahun pertama kehidupan anak merupakan hal esensial dalam pencegahan stunting karena masih masuk dalam masa emas (1000 hari pertama kehidupan). Anak yang tidak mampu mencukupi asupan gizi di dua tahun pertama kehidupannya lebih berisiko mengalami stunting. Namun, sayangnya program makan siang ternyata justru tidak menyentuh anak usia dibawah dua tahun.
Ketika anak sudah mulai memasuki usia 2-5 tahun, pemenuhan gizi merupakan upaya terakhir untuk dapat dipenuhi dan dikejar agar anak terlepas dari stunting. Namun, ternyata program makan siang yang direncanakan juga tidak menyentuh pada usia ini.
Anak-anak yang direncanakan untuk memperoleh program makan siang justru anak usia sekolah. Rata-rata anak Indonesia mulai masuk sekolah di usia 5 tahun atau usia TK, meski ada sebagian kecil yang mengenyam pendidikan PAUD. Padahal, setelah anak berusia diatas 5 tahun stunting sudah tidak dapat ditangani.
Sebenarnya program penanggulangan stunting sudah banyak dilakukan dengan sasaran ibu hamil dan balita, namun hingga saat ini belum efektif menanggulangi problematika dan mencapai target.
Perlu digaris bawahi juga bahwa permasalahan stunting bukan sekedar permasalahan kemampuan mengakses makanan gizi. Namun juga merupakan permasalahan pelayanan kesehatan, sanitasi, pengetahuan, kesadaran, gaya hidup, sosial-ekonomi.
Pemberian makan siang bagi siswa usia diatas 5 tahun hingga SMA sepertinya tidak sinkron apabila ditujukan untuk penanggulangan stunting. Sehingga, jika memang program makan siang siswa memang ditujukan untuk menanggulangi stunting, maka program makan siang perlu dipertimbangkan kembali untuk dilaksanakan.
Peningkatan alokasi anggaran untuk program-program gizi dan kesehatan harus tepat sasaran. Keberlanjutan, pengawasan dan evaluasi harus dilakukan secara ketat dan berkesinambungan. Jangan sampai kita program baru yang tidak sesuai justru memecah fokus program baik yang saat ini sudah berjalan.
Penulis : Lisa Rosyida, S.Gz, RD
Editor : Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, Ph.D
Sumber bacaan:
https://dietpartner.id/makan-siang-gratis-atasi-stunting-apakah-tepat/
https://jogjaprov.go.id/berita/stunting-tak-sekedar-masalah-tinggi-badan