Sudah Bukan Masanya PMT Balita Berupa ‘Bubur Kacang Hijau’
Pedoman pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita selalu dievaluasi seiring berjalannya waktu. Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa kacang hijau merupakan menu paling populer dimasanya pada PMT Posyandu karena merupakan sumber protein. Meski merupakan sumber protein, kacang hijau saat ini tidak lagi disarankan untuk PMT balita. Protein pada kacang hijau dianggap belum cukup karena asam amino yang terkandung belum mencukupi kebutuhan anak.
Rekomendasi PMT untuk saat ini sudah banyak dikampanyekan dan berfokus pada protein hewani. Saat ini pemerintah sedang gencar dalam mengedukasi masyarakat agar balita mengkonsumsi protein hewani dengan cukup agar dapat mencegah kejadian stunting sehingga menurunkan angka stunting secara keseluruhan. Meski belum semua Posyandu menerapkan, namun pemerintah semakin menggencarkan melalui edukasi di perigatan hari gizi maupun melalui tenaga kesehatan yang bertugas di lapangan.
Pada awal tahun (saat Hari Gizi Nasional 2023), pemerintah telah mengusung tema ‘Protein Hewani Cegah Stunting’ dengan slogan ‘Protein Hewani Setiap Makan’ dan ‘Isi Piringku Kaya Protein Hewani’. Diharapkan dengan semakin masifnya edukasi pentingnya protein hewani, maka kesadaran gizi masyarakat untuk gizi anak semakin tinggi. Selain itu isu terkait protein hewani, isu baru lain adalah program pemberian biskuit untuk balita. Pemberian biskuit balita yang dulunya diberikan juga sudah tidak lagi direkomendasikan. Pemerintah mendorong perbaikan gizi anak melalui pangan lokal. Sehingga, PMT anak disesuaikan dengan potensi daerahnya masing-masing.
Tanpa adanya sosialisasi yang masif, rekomendasi ini hanyalah sekedar rekomendasi. Perlu diadakannya pelatihan bagi masyarakat, khususnya kader posyandu dan pemerintah desa. Meskipun pemerintah menggembor-gemborkan pentingnya protein hewani, masyarakat awam tidak akan memahami apa yang dimaksud tanpa penjelasan yang jelas. Beberapa hal penting yang perlu disampaikan pada masyarakat antara lain:
- Informasi urgensi PMT berbasis makanan lokal dan protein hewani
Dengan pemahaman yang baik, kader posyandu akan turut mempersiapkan PMT terbaik bagi balita dan turut mengedukasi para peserta posyandu.
Pertanyaan seperti mengapa harus PMT lokal? Mengapa harus protein hewani? Apa kaitannya dengan stunting? Perlu dijelaskan agar memahami seberapa pentingnya.
- Ukuran gizi yang disarankan
Masyarakat awam tidak tahu bagaimana mewujudkan PMT yang ideal meski sudah dijelaskan berapa kebutuhan kalori dan protein yang disampaikan. Perlu adanya pelatihan terkait ukuran yang harus dicapai dan bagaimana prakteknya.
Misalnya saja berapa banyak telur yang dibutuhkan dalam setiap sajian, bukan sekedar PMT mengandung telur.
- Komponen yang harus dibatasi
Penting juga untuk memperhatikan komponen gizi yang harus dibatasi pada PMT. Misalnya saja gula dan garam. Tanpa edukasi yang tepat, orang tidak akan tahu seberapa banyak gula atau garam yang dianggap berjumlah tepat.
Misalnya saja untuk takaran gula, apakah 1 sendok gula untuk setiap porsi PMT berlebih?
- Bahan yang dapat digunakan dan cara pengolahan PMT
Bahan makanan lokal yang berpotensi di daerah tersebut juga perlu diarahkan. Masyarakat mungkin saja tidak tahu kalau bahan terebut berkualitas protein tinggi. Selain memperhatikan bahan, pengolahan yang tepat perlu dilakukan. Pemahaman hanya sebatas jenis bahan makanan bisa jadi mengakibatkan kesalahan pengolahan, yang dampaknya komponen gizi yang diperoleh tidak maksimal.
Misalnya saja berbahan dasar lele, apakah lele krispi adalah menu sehat untuk PMT?
- Pendampingan secara berkala
Agar realisasi di lapangan berjalan dengan baik, penting untuk melakukan pendampingan. Apakah hasil pelatihan mampu dilaksanakan, atau apakah perlaksanaanya sesuai. Di beberapa daerah PMT yang akan diberikan pada balita Posyandu dikonsultasikan dulu pada ahli gizi Puskesmas sebelum pelaksanaan.
Misalnya saja PMT tidak sesuai yang dialatih karena tidak ada cukup dana, atau tidak ada cukup tenaga yang mampu membuat seperti yang dilatihkan.
Sumber bacaan:
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/20230516_Juknis_Tatalaksana_Gizi_V18.pdf