Hari Gizi Nasional 2023 : Protein Hewani Cegah Stunting
Hari gizi nasional tahun ini kembali mengangkat tema terkait stunting. Stunting masih menjadi isu kesehatan hangat di bidang kesehatan. Keberhasilan penanggulangan stunting tidak hanya ditentukan dari segi intervensi gizi saja, namun sangat kompleks. Perlu kerjasama dari berbagai sektor dalam penanggulangannya. Pada tahun ini, hari gizi mengangkat protein hewani sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan stunting “Protein Hewani Cegah Stunting”.
Konsumsi protein bagi anak di Indonesia masih menjadi fokus dalam edukasi gizi di masyarakat. Konsumsi makanan penduduk Indonesia masih didominasi oleh serealia, sementara konsumsi protein terutama protein hewani masih rendah. Padahal, protein hewani memiliki kualitas yang lebih baik dibandingan protein nabati dalam membangun sel-sel dalam tubuh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Pada tahun 2021, Asfiyatus S dan Ratna KD melakukan literatur review terkait peranan protein hewani dalam mencegah stunting. Penulis memaparkan beberapa riset terkait protein hewani dan stunting yang dilakukan di Indonesia. Beberapa riset yang dibahas antara lain ‘Asupan Protein Hewani Sebagai Faktor Risiko Perawakan Pendek Anak Umur 2-4 Tahun’, ‘Rendahnya Konsumsi Protein Hewani Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Di Kota Samarinda’, ‘Perbedaan Asupan Energi, Protein, Zink, dan Perkembangan pada Balita Stunting dan Non Stunting’, ‘Asupan Protein, Kalsium dan Fosfor pada Anak Stunting dan Tidak Stunting Usia 24-59 Bulan’, dan ‘Faktor Risiko Stunting pada Balita’.
Hasil dari riset-riset yang dilakukan di Indonesia tersebut cukup menarik untuk dijadikan referensi dalam menaggulangi stunting dari berbagai sektor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani, dkk (2018) mengungkapkan bahwa jumlah konsumsi protein hewani merupakan faktor risiko perawakan pendek pada anak usia 2-4 tahun. Afiah, dkk (2020) memaparkan bahwa mengkonsumsi protein hewani dalam sepekan bersifat protektif terhadap kejadian stunting pada balita. Adani dkk, (2017) menunjukkan bahwa balita tanpa stunting memiliki persentase asupan protein hewani yang lebih lebih tinggi dibandingkan balita stunting. Riset-riset tersebut menitik beratkan pada pentingnya jumlah protein hewani yang harus dipenuhi.
Intervensi yang perlu dilakukan kedepan adalah mengupayakan peningkatan konsumsi protein hewani pada balita. Sejalan dengan kesimpulan riset yang telah dipaparkan sebelumnya, Swarinastiti dkk (2018) yang melakukan riset ‘Dominasi Asupan Protein Nabati Sebagai Faktor Risiko Stunting Anak Usia 2-4 Tahun’, memberikan saran untuk tenaga kesehatan dan sektor-sektor lain terkait untuk mengupayakan dan mendukung program variasi jenis makanan khususnya sumber protein. Selain jenis asupan protein tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor resiko kejadian stunting. Semoga dengan peringatan HGN tahun 2023 ini dengan mengangkat tema protein hewani dalam pencegahan stunting dapat memacu masyarakat maupun pemangku kebijakan untuk lebih memperhatikan konsumsi protein balita di Indonesia agar stunting dapat ditekan.
Sumber bacaan:
Adani, F. Y., & Nindya, T. S. (2017). Perbedaan Asupan Energi, Protein, Zink, dan Perkembangan pada Balita Stunting dan non Stunting. Jurnal Amerta Nutrition, 1(2), 46–51.
Afiah, N., Asrianti, T., Muliyana, D., & Risva. (2020). Rendahnya Konsumsi Protein Hewani Sebagai Faktor Risiko. Jurnal Riset Sains dan Teknologi, Vol.6 (1) 2022 – (95-100).
Dewi, I. A., & Adhi, K. T. (2016). Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Pendek Pada Anak Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. Jurnal Gizi Indonesia, 3(1), 36– 46.
https://promkes.kemkes.go.id/agenda/hari-gizi-nasional
Oktaviani, A. C., Pratiwi, R., & Rahmadi, F. A. (2018). Asupan Protein Hewani Sebagai Faktor Risiko Perawakan Pendek Anak Umur 2-4 Tahun. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(2), 977–989.
Solikhah&Ratna. (2021). Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting pada Anak Balita. Jurnal Riset Sains dan Teknologi, Volume 6 No. 1 Maret 2022, 95-100.
Swarinastiti, et al. (2018). DOMINASI ASUPAN PROTEIN NABATI SEBAGAI FAKTOR RISIKO STUNTING ANAK USIA 2-4 TAHUN. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO, Volume 7, Nomor 2, Mei 2018.