Memanfaatkan Potensi Rumah untuk Pemenuhan Gizi Keluarga
Di tengah naiknya berbagai harga kebutuhan pokok sehari-hari, kondisi ini tentu menuntut keluarga untuk lebih kreatif agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Kabar baiknya, tren bertanam mulai berkembang di masyarakat. Pemanfaatan pekarangan rumah ini juga dapat memacu gerakan diversifikasi pangan. Dalam jangka panjang, diversifikasi pangan juga merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan stunting karena memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA).
Bahan makanan yang masih membutuhkan perhatian lebih di Indonesia adalah memvariasikan makanan sumber karbohidrat. Sampai saat ini masyarakat masih tergantung pada nasi sebagai makanan utama, serta tergantung pada terigu sebagai bahan makanan penyerta. Padahal terigu merupakan bahan impor. Di sisi lain, singkong, jagung, ubi, sukun, dan komoditas lokal sumber karbohidrat lain dapat menjadi opsi.
Bagi masyarakat yang tidak memiliki pekarangan di luar, dapat memanfaatkan pekarangan yang ada di dalam rumah dengan tabulakar (tanaman bumbu dalam pekarangan) atau tabulapot (tanaman buah dalam pot). Pot juga bisa diganti dengan polybag atau barang-barang bekas. Opsi lain adalah dengan vertikultur (memanfaatkan bidang vertikal) dan hidroponik (menggunakan media air sebagai pengganti tanah). Pada prakteknya, penting sekali untuk memperhatikan teknik, media tanam, serta jenis pupuk yang digunakan untuk pekarangan.
Pemanfaatan pekarangan rumah juga dapat mendukung peningkatan zat gizi lain seperti vitamin, mineral dan serat. Seperti kita tahu bahwa hasil Riskesdas menunjukkan bahwa penduduk Indonesia memiliki asupan sayur dan buah yang masih rendah. Dengan ketersediaan sayur dan buah di pekarangan, diharapkan konsumsi sayur dan buah akan meningkat. Sayuran yang dapat ditanam di lingkungan pekarangan rumah antara lain sayuran buah (cabai, kapri, kecipir, tomat, buncis, kacang panjang, terong, mentimun, pare, paprika), sayuran daun (kangkung, bayam, sawi, bawang daun, kubis, selada, seledri, kemangi), sayuran bunga (kol, brokoli, bunga pepaya), serta sayuran umbi (wortel, kentang, bawang merah, bawang putih, lobak, tanaman bumbu).
Selain dampaknya bagi kesehatan fisik, berkebun juga memiliki dampak positif lain, diantaranya kemandirian pangan rumah tangga, konservasi tanaman-tanaman, antisipasi dampak perubahan iklim, penyaluran hobi dan tambahan penghasilan. Untuk mendukung terlaksananya kegiatan ini, masyarakat di beberapa daerah telah didukung, dilatih dan difasilitasi oleh berbagai pihak. Diharapkan kegiatan ini juga dapat dilaksanakan di daerah lain. Pihak-pihak yang dapat dilibatkan dalam mengupayakan kegiatan ini antara lain pemerintah setempat (kecamatan, dusun), dinas kesehatan, puskesmas, serta pihak kampus sebagai wujud pengabdian masyarakat.
Sumber bacaan:
Ayuningtyas, CE&Jatmika, SE. 2019. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga. Yogyakarta: K-Media.
https://jateng.kemenag.go.id/2022/02/manfaatkan-pekarangan-rumah-guna-pemenuhan-gizi-keluarga/
https://www.geriatri.id/artikel/785/manfaatkan-pekarangan-rumah-sebagai-kebun-gizi